BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 07 Juni 2013

Polda Bongkar Penipuan Modus Mengaku Staf Dubes AS

INILAH.COM, Jakarta - Tim Serse Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya menangkap pelaku penipuan yang mengunakan modus mengaku sebagai staf Kedutaan Besar Amerika Serikat dan mengatakan jika anak korban sedang tersangkut kasus narkoba.

"Jadi pelaku berinisial T ini nelepon korban pakai HP dari dalam Lapas Tanjung Gusta, Medan, ia mengatakan bahwa anak korban yang sedang sekolah di AS terlibat kasus narkotika sehingga kalau mau dibantu urus biaya ditransfer," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Rikwanto di Mapolda Metro Jaya, Jumat (7/6/2013).

Rikwanto menjelaskan, mengingat aksesnya terbatas kemudian korban pun terpaksa mentransfer sejumlah uang ke rekening BCA pelaku J yang kini DPO sebesar Rp 295 juta. "Setelah itu, pelaku PJ dan kekasihnya ES berperan mengambil uang korban dan membagi-bagi ke para pelaku termasuk ke ayahnya PJ yakni T di dalam LP," jelasnya.

Selain itu, penyidik juga telah menyita barang bukti dari tangan para pelaku berupa 10 buku rekening BCA, 2 buku rekening BNI, 1 buku rekening BRI, 1 buku rekening Danamon, 2 kartu ATM, 5 HP, 1 buah cincin, dan pakaian para tersangka saat transaksi di ATM yang terekam CCTV.

"Atas perbuatannya para tersangka dikenakan pasal 378 KUHP tentang penipuan dengan ancaman 4 tahun penjara. Dan Undang-undang pencucian uang," tegas dia.

Sementara Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Pol Toni Harmanto mengatakan pelaku T mengendalikan kasus ini sebagai otak dalam aksi penipuan. "Pelaku T beraksi dibantu oleh putrinya PJ dan pacar putrinya ES, sedangkan tersangka J masih pengejaran," jelasnya.

Pihaknya akan terus mendalami dan menyelidiki kasus ini karena diduga masih ada kelompok lain meski sudah ada beberapa orang yang tertangkap atas kasus penipuan seperti ini. Sedangkan Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) Polda Metro Jaya, AKBP Helmi Santika menuturkan bahwa pelaku untuk mendapatkan data korban yakni dengan cara random atau mengacak.

"Setelah pelaku mendapatkan korban, langsung beraksi. Kini kita juga lagi dalami alur transaksi berapa korban yang sudah tertipu, mereka beraksi sejak bulan Juli 2012 lalu," tandasnya.[bay]

Tidak ada komentar: