BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 05 Juni 2013

Uang Sekolah Disesuaikan Gaji Orang Tua

 Jpnn
SEKOLAH Indonesia Bangkok (SIB) mulai dibuka sejak 6 Oktober 1962. Tujuannya guna menjamin pendidikan anak didik warga negara Indonesia yang berada di Bangkok. Pemerintah mengakui keberadaan SIB dengan menerbitkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nomor 93 tahun 1963.

Laporan: Afni Zulkifli-Bangkok

Dua siswa terlihat terburu-buru melewati pintu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Bangkok. Jam telah menunjukan pukul 07.55 waktu Bangkok. Mereka menyapa petugas keamanan yang berjaga, melewati dua pintu pemeriksaan dengan terburu-buru dan kemudian berlari karena takut terlambat masuk kelas.

Siswa tadi merupakan bagian dari 76 orang anak didik WNI yang bersekolah di SIB. Lokasinya berada di dalam KBRI, yang terletak di kawasan strategis jantung kota Bangkok, Petchaburi Road.

Dengan luas sekitar 5.000 meter persegi, lokasi KBRI Bangkok terlihat begitu asri. Pepohonan rindang, rumput yang terjaga baik, lapangan sepakbola dan taman bermain untuk siswa SIB, berpadu dengan dengan pemandangan gedung-gedung bertingkat yang menjadi latar belakangnya.

"Ini merupakan KBRI terluas kedua setelah KBRI Amerika. Terletak di lokasi paling strategis di Bangkok," ujar Didit (48), seorang guru SIB pada JPNN.

SIB merupakan sekolah gabungan, mulai tingkatan Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Ada 18 orang guru dan satu kepala sekolah, yang seluruhnya berasal dari Indonesia.

Para guru yang mengajar di SIB, dibagi dalam dua kelompok. Ada yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ada yang disebut pegawai kontrak. Baik guru PNS maupun guru kontrak, direkrut melalui seleksi yang sangat ketat oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, bekerjasama dengan Kemenlu dan KBRI.

Untuk PNS, akan ditugaskan selama 4 tahun. Sedangkan untuk guru kontrak, akan diperbaharui kontraknya setiap 2 tahun kerja. Mengenai sistem penggajian, para guru ini akan menerima pembayaran dari Kementrian Luar Negeri dan mendapat tunjangan tambahan dari Kemendikbud. Seluruh guru SIB juga telah melalui sertifikasi yang disesuaikan dengan guru lainnya di Indonesia.

Nilai gaji pun bervariasi. Didit contohnya, ia yang masih berstatus guru kontrak, saat ini mendapatkan penghasilan sekitar 38 ribu bath (mata uang Thailand) dalam satu bulan. Jika dirupiahkan (1 Bath=Rp300), sekitar Rp 11.400.000. Sedangkan untuk Kepala Sekolah, akan menerima gaji dengan standart Diplomat.

"Alhamdulillah, saya sudah 18 tahun menjadi guru di sini," kata Didit yang berasal dari Malang, Jawa Timur.

Didit mengaku belum punya keinginan untuk kembali ke tanah air. Selain statusnya yang bukan guru PNS, Didit juga telah memiliki keluarga di Thailand."Tapi jika suatu hari saya disuruh pulang, ya pasti saya harus siap. Tapi sementara ini, Bangkok sudah menjadi bagian dari pengabdian saya sebagai guru," katanya.

Dengan jumlah siswa yang relatif lebih sedikit, para guru di SIB dituntut untuk bisa mengajar apa saja dan di tingkatan mana saja. Maka tak heran, bila satu guru, bisa mengajar di tingkatan SMP, SD bahkan TK. Sistem pendidikan yang digunakan, semuanya menggunakan bahasa pengantar Indonesia. Hanya untuk muatan lokalnya, diganti dengan mempelajari bahasa Thailand.

Berbeda dengan sekolah Indonesia semisal di Malaysia atau Singapura, yang didominasi anak Tenaga Kerja Indonesia (TKI),  maka di Thailand, sebagian besar siswanya adalah anak Diplomat atau pejabat BUMN yang bertugas di Thailand. Hanya sebagian kecil yang merupakan anak TKI.

Karena itu untuk pembayaran biaya sekolah (SPP), akan disesuaikan dengan penghasilan orang tua. Semakin tinggi gaji orang tua, maka semakin tinggi setoran sekolahnya.

"Anak pertama akan dikenakan 2 persen dari gaji pokok Ortu. Anak kedua dan seterusnya akan dikenakan 1 persen. Jadi ada anak yang bayar 1 juta per bulan tapi ada juga yang bayar hanya ratusan ribu," ujar staf KBRI, Farish.

SIB juga menggelar Ujian Nasional untuk tingkatan SD-SMA. Pada UN 2013 lalu, ada 5 siswa yang mengikuti UN SD, 2 Siswa mengikuti UN SMP dan 3 siswa mengikuti UN SMA. Saat JPNN berkunjung, siswa SIB sedang mengikuti ujian kenaikan kelas.

"Alhamdulillah, untuk UN SMP dan SMP lulus semua. SD belum keluar pengumumannya. Saat menggelar UN, kami disini tidak mengalami masalah berarti," ujar Kepala Sekolah SIB, Tjatur Prasetyawati.

Tjatur mengatakan, kegiatan belajar mengajar di SIB hampir sama dengan sekolah di Indonesia. Ada upacara bendera setiap hari Senin, mengibarkan bendera merah putih dan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Untuk jam sekolah, dimulai dari pukul 08.00-15.00 waktu Bangkok.

Untuk kegiatan ekstrakurikuler, selain didominasi kegiatan seni dan olahraga, para siswa SIB mengikuti Pramuka. Karena itu para siswa SIB bisa disebut menjadi duta wisata juga, karena memperkenalkan Indonesia ke masyarakat Thailand.

"Mungkin yang buat SIB sedikit berbeda dengan sekolah di Indonesia, adalah kehangatan dan rasa kekeluargaan yang tinggi. Antara satu siswa dengan siswa lainnya, sudah seperti adik kakak. Begitu pula antara guru dengan orang tua," jelas Wawan, yang menjabat sebagai wakil kepala sekolah.(***)

Tidak ada komentar: