BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Selasa, 25 Maret 2014

"Jika Ingin Perbaiki Indonesia, Masuklah Parlemen"

VIVAnews - Mantan Kepala Staf TNI-AD Jenderal Purnawirawan Pramono Edhie Wibowo mengatakan, sampai saat ini masih banyak yang menjelek-jelekan Indonesia terkait berbagai kekurangan dan kelemahannya.
Jika itu dilakukan sampai ke luar negeri, menjadi hal yang lebih memalukan. Dan, orang yang melakukan itu, menurutnya adalah mereka yang tidak mau mengenal atau mempelajari Indonesia secara utuh. Menurutnya, jika mengetahui Indonesia secara utuh, maka rasa cinta kepada bangsa dan tanah air juga pasti akan tumbuh.

"Jika ingin memperbaiki negeri ini yang masih banyak kekurangan, masuklah ke parlemen jangan hanya menjelek-jelekkan di luar. Persoalan bangsa dan negara ini tidak akan selesai jika dilakukan dengan hanya berdebat dan menjelek-jelekan," ujar Pramono Edhie yang menjadi pembicara di Pemantapan Wawasan Kebangsaan III bertajuk "Empat Pilar Kebangsaan Sebagai Konsensus Kehidupan Berbangsa dan Bernegara, di Gedung Srijaya Surabaya.

Menurutnya, Indonesia sudah memiliki landasan dan pondasi yang kuat, yakni Pancasila. Namun, semua itu tidak diterapkan dengan baik, akibatnya, muncul saling curiga, dan tidak menyelesaikan persoalan.
Kiblat ke barat-baratan juga menjadi penyebab runtuhnya kekuatan kebersamaan dan gotong royong. Jika itu tidak segera diubah Indonesia akan kehilangan jati diri. Akan mudah mendapat gangguan dan rongrongan dari negara asing.

"Itulah sebabnya, tentara dan juga polisi harus kuat, tetapi bukan untuk menakuti-nakuti rakyat melainkan menjaga kedaulan negara," katanya.

Ditambahkan, kesatuan dan persatuan dalam berbangsa adalah ujung tombak bagi terwujudnya negara yang kuat. Untuk itu, dirinya mengajak semua rakyat Indonesia bisa meilhat secara utuh dengan berbagai keragaman dan perbedaannya. Budaya asli bangsa Indonesia harus digali dan dipelihara. Karena sebuah negara akan dihormati jika kuat menjaga nilai-nilai budaya asli bangsanya.

"Sikap saling menghormati dan memahami sangat penting. Tidak harus memaksakan kehendak, untuk itu pahamilah Indonesia secara utuh. Letak geografis dan keragamannya," katanya.

Dia kembali mengingatkan pentingnya persatuan dan kesatuan. Dicontohkan, banyak negara kuat kemudian pecah karena saling ingin berebut kuasa. Dia mencontohkan Uni Soviet, Timur Tengah, Vietnam, dan sejumlah negara lainnya.
"Semuanya harus menyadari itu, harus kembali kepada jati diri bangsa dan bersandar kepada Pancasila. Tidak mementingkan diri sendiri, tidak kaya sendiri padahal masih banyak rakyat yang menderita," katanya.

Di akhir uraian, Pramono Edhie mengingatkan kalau 9 April 2014, masyarakat menggunakan hak pilihnya. Memilih siapa saja yang dianggap mampu, dengan menggunakan hati dan pemikiran yang jernih. "Jika tidak, jangan salahkan jika lima tahun ke depan kita kembali dihadapkan pada persoalan yang sama," kata calon peserta konvensi presiden dari Partai Demokrat itu.  (eh)

Tidak ada komentar: