BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Sabtu, 13 Desember 2014

Jokowi Akan Koreksi Harga BBM Menyusul Minyak Dunia Turun

VIVAnews - Presiden Joko Widodo, alias Jokowi menyatakan bahwa Pemerintah akan mengoreksi harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, menyusul penurunan harga minyak dunia.
Pemerintah, kini sedang menghitung ulang besaran harga bensin, menyesuaikan harga minyak dunia.

“Tentang bagaimana sikap harga BBM, dengan turunnya harga minyak dunia, sekarang sedang kita hitung opsi-opsi yang akan dilakukan,” kata Presiden kepada wartawan di Jakarta, malam tadi.

Menurut Presiden, Menteri Perekonomian sedang merumuskan kebijakan atas penurunan harga minyak dunia.
Kepala Negara berjanji akan mengumumkannya sebelum tahun ini berakhir. Tetapi, dia tak menyebutkan bahwa harga BBM bersubsidi akan diturunkan.

Presiden hanya mengatakan bahwa Pemerintah memiliki tiga pilihan, meski tak disebutkan secara detail. “Enggak diumumkan sekarang. Sebelum akhir tahun kita akan umumkan,” katanya.

“Akan diperhitungkan, dengan turunnya minyak dunia akan dirasakan rakyat. Revisi harga, termasuk opsi yang dipikirkan,” Presiden menambahkan.

Harga minyak dunia kembali anjlok ke posisi terendah selama lima tahun terakhir. Prediksi melimpahnya minyak akan bertahan hingga paruh pertama tahun depan, diduga jadi penyebabnya.

Di New York Mercantile Exchange, minyak mentah untuk pengiriman Januari turun US$2,79, atau 4,2 persen, di level US$63,05 per barel.

Minyak mentah Brent, pengiriman Januari di ICE Exchange Futures London, turun US$2,88, atau 4,2 persen, di angka US$66,19 per barel. Patokan Eropa ini merupakan penutupan terendah sejak 29 September 2009.

Sebagian analis masih bearish pada harga minyak. Adalah laporan terbaru tentang pengeboran Amerika Serikat dan ekonomi Jepang yang memukul sentimen pada perdagangan hari Senin, kata Tim Evans, seorang analis energi berjangka.

"Sebuah revisi produk domestik bruto (PDB) Jepang dan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan di Tiongkok dan Zona Euro juga menekan sentimen pasar," Evans menambahkan dalam sebuah catatan Senin, atau Selasa 9 Desember 2014 waktu Indonesia, dikutip dari laman MarketWatch.

Tidak ada komentar: