Nurvita Indarini - detikNews
Jakarta
"Power tends to corrupt, and absolute power corrupts
absolutely." Demikian ungkapan terkenal dari Baron Acton. Jadi perkara
korupsi bukan terkait pada institusinya, melainkan lebih melekat pada
kekuasan yang dipunyainya.
"Korupsi itu berhubungan dengan
kekuasaan. Begitu masuk kekuasaan masuk dalam perangkap korupsi. Mau itu
lulusan AKABRI, Akpol, presiden pun bisa kena. Ini adalah problem
kekuasaan bukan universitas," ujar peneliti Pusat Kajian Anti Korupsi
(Pukat UGM), Oce Madril, dalam perbincangan dengan detikcom, Senin
(7/5/2012).
Hal itu disampaikan Oce Madril menanggapi pernyataan
yang disampaikan Ketua DPR, Marzuki Alie, bahwa banyak pelaku korupsi
adalah orang pintar lulusan universitas ternama seperti UI dan UGM.
Menurut Oce Madril, apa yang disampaikan Marzuki tidak sepenuhnya salah.
Sebab memang ada alumnus universitas tersebut yang terkait pada kasus
korupsi. Namun korupsi bisa menerpa siapa pun dari institusi mana pun.
"Logika
berpikirnya keliru kalau menyandarkan pada universitas. Tidak
sepenuhnya salah, memang ada alumnui UGM dan UI menjadi tersangka. Tapi
ada juga alumni yang lain. Tapi itu tidak jadi ukuran. Termasuk tidak
jadi jaminan juga kalau anggota DPR nggak korupsi. Ketua DPR bersih dari
korupsi juga nggak jaminan," tutur alumnus Fakultas Hukum UGM ini.
Dikatakan
dia, kalau korupsi itu dilakukan oleh orang kampus di kampus, maka bisa
dikritisi. Sebab kampus merupakan institusi yang mengedepankan moral
dan spiritual. Namun ketika hal itu dilakukan di luar kampus, apalagi di
dalam lingkup kekuasaan maka hal itu menjadi berbeda.
"Kalau
berbicara kuantitas (yang terlibat korupsi), mungkin banyak alumni UGM
dan UI yang tersangkut karena faktanya memang banyak alumni universitas
itu yang duduk di pemerintahan. Ketika sudah punya kekuasaan, ada
potensi masuk dalam kasus besar," tambahnya.
Oce Madril
menegaskan perilaku korup seseorang tidak ditentukan di mana dia
belajar. Godaan itu datang ketika seseorang berada di lingkaran
kekuasaan. Dia mencontohkan mantan Bendahara Umum Partai Demokrat yang
kala itu anggota DPR, M Nazaruddin, tersangkut korupsi besar.
"Jadi
yang terpenting bagaimana dia (Marzuki) membenahi perlemen. Banyak
berpendapat dia gagal memimpin parlemen karena banyak mafia anggaran
yang gila-gilaan. Marzuki jangan lupa, power tends to corrupt,"
tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar