VIVAnews - Dewan Keamanan PBB mengecam pembantaian di Suriah. PBB meminta pelaku pembantaian itu bertanggung jawab.
Setidaknya 108 orang--termasuk 34 anak-anak--dilaporkan tewas, 300
lainnya terluka dalam tragedi di Houla, Suriah, Jumat 25 Mei lalu.
"Anggota
Dewan Keamanan PBB mengutuk pembunuhan itu, di Desa Houla, dekat Homs,
dalam penyerangan yang melibatkan artileri dan tank pemerintah," kata
pernyataan yang dibacakan oleh wakil Azerbaizan di PBB, Tofig Musayev,
seperti dikutip BBC.
"Anggota DK PBB juga mengutuk pembunuhan sipil dengan menembak dari jarak dekat dan kekerasan fisik yang parah."
"Penggunaan
kekerasan yang keterlaluan kepada penduduk sipil semacam itu merupakan
pelanggaran hukum internasional yang berlaku," lanjut Musayev.
Sementara
itu, Duta Suriah untuk PBB, Bashar Jaafri, mengatakan sejumlah anggota
Dewan Keamanan salah mendapatkan informasi tentang Suriah.
"Ini
sangat menyedihkan bahwa sejumlah anggota Dewan Keamanan keluar beberapa
menit setelah Jenderal Mood [peninjau PBB Jenderal Robert Mood] memberi
informasi yang salah, berbicara bohong tentang apa yang terjadi," kata
Jaafri.
Sebelumnya, sebuah video amatir yang diunggah ke dunia
maya menunjukkan jasad anak-anak yang ditutupi selimut usai serangan.
Kantor berita Suriah SANA menyebut jasad-jasad itu sebagai ulah kelompok
teroris bersenjata.
Menurut para aktivis, beberapa korban tewas
dalam baku tembak, sementara korban lainnya tewas karena dieksekusi oleh
rezim militer Suriah yang juga dikenal dengan nama Shabiha. Houla, yang
terletak di provinsi Homs, selama ini dikenal sebagai basis pasukan
oposisi.
Sementara itu, kelompok oposisi Pasukan Pembasan Suriah
mengatakan mereka tidak bisa lagi berkomitmen untuk tetap melakukan
gencatan senjata dengan situasi yang ada.
April lalu, Duta
Perdamaian PBB-Liga Arab, Kofi Annan, menentukan enam poin perdamaian
bagi masyarakat sipil Suriah, yang disetujui oleh Al Assad. Nyatanya,
hingga saat ini kekerasan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan
berhenti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar