BANDUNG - Kanker serviks masih
berada di peringkat pertama penyebab kematian wanita di Jawa Barat.
Angka penderita kanker ini terus bertambah setiap tahunnya sejak lima
tahun lalu.
"Jumlah yang meninggalnya pun terus meningkat setiap tahunnya," kata dr Nining S Sudiro, Sekretaris Yayasan Kanker Indonesia Jabar, seperti diberitakan Bandung Ekspres (JPNN Grup), Minggu (21/4).
Setidaknya 1-2 wanita tiap harinya di Jawa Barat meninggal akibat kanker serviks. Hal itu terjadi, imbuh Nining, karena kanker serviks kerap terdeteksi ketika sudah memasuki stadium minimal 2. "Malah biasanya ketahuan ketika sudah parah," katanya.
Menurut dr Nining, gejala awal kanker serviks tidak bisa dirasakan. "Biasanya baru ketahuan setelah ada gejalanya. Dan orang-orang biasanya baru memeriksakan setelah ada gejalanya. Itulah yang membuat deteksi kanker serviks terlambat," jelas wanita kelahiran Jakarta, 11 April 1958.
Penderita kanker servis di Jabar kebanyakan wanita berusia di atas 40 tahun yang sebagian besar merupakan ibu rumah rumah tangga. "Perselingkuhan menjadi faktor penyebabnya. Dulu itu ibu rumah tangga tidak sebanyak sekarang yang terkena kanker serviks," ungkapnya.
Fakta ini membuat YKI merasa perlu untuk terus melakukan sosialisasi termasuk ke pelosok-pelosok. Penyuluhan ke pelosok dinilai penting karena kebanyak ibu-ibu di sana banyak yang tidak mengerti. Pendidikan dan pergaulannya terbatas," jelas dr Nining.
Selain ibu rumah tangga, wanita muda yang aktif melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti. "Pelaku nikah muda yang usia di bawah 20 tahun juga rentan terkena kanker serviks karena alat reproduksi mereka kan belum sempurna," katanya.
Untuk mengurangi angka kematian akibat kanker serviks, YKI mengimbau para wanita untuk melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA sedini mungkin agar jika ternyata positif kanker, bisa ditangani secepatnya," ujarnya. (mg14)
"Jumlah yang meninggalnya pun terus meningkat setiap tahunnya," kata dr Nining S Sudiro, Sekretaris Yayasan Kanker Indonesia Jabar, seperti diberitakan Bandung Ekspres (JPNN Grup), Minggu (21/4).
Setidaknya 1-2 wanita tiap harinya di Jawa Barat meninggal akibat kanker serviks. Hal itu terjadi, imbuh Nining, karena kanker serviks kerap terdeteksi ketika sudah memasuki stadium minimal 2. "Malah biasanya ketahuan ketika sudah parah," katanya.
Menurut dr Nining, gejala awal kanker serviks tidak bisa dirasakan. "Biasanya baru ketahuan setelah ada gejalanya. Dan orang-orang biasanya baru memeriksakan setelah ada gejalanya. Itulah yang membuat deteksi kanker serviks terlambat," jelas wanita kelahiran Jakarta, 11 April 1958.
Penderita kanker servis di Jabar kebanyakan wanita berusia di atas 40 tahun yang sebagian besar merupakan ibu rumah rumah tangga. "Perselingkuhan menjadi faktor penyebabnya. Dulu itu ibu rumah tangga tidak sebanyak sekarang yang terkena kanker serviks," ungkapnya.
Fakta ini membuat YKI merasa perlu untuk terus melakukan sosialisasi termasuk ke pelosok-pelosok. Penyuluhan ke pelosok dinilai penting karena kebanyak ibu-ibu di sana banyak yang tidak mengerti. Pendidikan dan pergaulannya terbatas," jelas dr Nining.
Selain ibu rumah tangga, wanita muda yang aktif melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang berganti-ganti. "Pelaku nikah muda yang usia di bawah 20 tahun juga rentan terkena kanker serviks karena alat reproduksi mereka kan belum sempurna," katanya.
Untuk mengurangi angka kematian akibat kanker serviks, YKI mengimbau para wanita untuk melakukan pemeriksaan pap smear atau IVA sedini mungkin agar jika ternyata positif kanker, bisa ditangani secepatnya," ujarnya. (mg14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar