Septiana Ledysia - detikNews
Jakarta - Tuna netra tak membuat Suharti (47) patah
arang menjalani hidup kendati pilihan yang dijalani sangat terbatas.
Dari pilihan yang sangat terbatas itu Suharti memilih tukang pijat dan
berjualan kerupuk untuk membiayai anak-anaknya.
Suharti biasanya
terlihat berjualan kerupuk ikan di daerah perumahan elit Puri Indah,
Jakarta Barat. Sudah hampir 3 tahun, Suharti mencari nafkah dengan cara
itu.
"Jualan dari jam 14.30 WIB sampai 21.00 WIB. Dan setiap hari
bisa bawa uang nggak tentu. Kadang Rp 75 ribu, kadang Rp 120 ribu,"
ujar Suharti saat berbincang dengan detikcom di lokasi dia berjualan,
Rabu (24/4/2013).
Suharti mengatakan, selama berjualan kerupuk,
dirinya diantar dan dijemput oleh koordinator lapangan yang bertempat
tinggal di Joglo, Jakbar. Suharti mengaku mulai berjualan kerupuk karena
mengikuti jejak teman-temannya.
"Saya bayarnya setiap barang yang laku ya saya setor. Mau laku 3, mau laku 4, langsung saya setor," ujarnya.
Suharti
mengaku, selain menjual kerupuk, dirinya juga melayani pijat atas
permintaan. Sekali pijat dengan durasi 1 jam, Suharti bisa meraup Rp 50
ribu.
"Dan bukan pijet plus plus lho," imbuh Suharti.
Suharti
yang merupakan warga Kampung Bugis, Kembangan, Jakarta Barat, sudah 2
kali menikah. Dengan suami pertama, dia dikaruniai seorang putri.
Setelah bercerai, Suharti tinggal terpisah dengan suami dan anak
perempuannya. Suharti kemudian bertemu dengan Bambang, sesama tuna netra
dan kembali menikah. Dari suami keduanya, Suharti memiliki 1 putri dan 2
putra yang kini bersekolah di kelas X SMA semua.
Suami keduanya
juga bekerja sebagai tukang pijat yang sekali pijat dengan durasi 1 jam
dihargai Rp 50 ribu. Penghasilan Suharti sendiri rata-rata Rp 300 ribu
per bulan, plus penghasilan suaminya yang juga tak tentu.
Namun
demikian, Suharti dan suaminya bisa menyekolahkan anak-anaknya. Tugas
anak-anaknya pun kini hanya sekolah, tak ada kewajiban membantu untuk
mencari nafkah.
Mundur ke belakang, ibu empat orang anak ini
mengaku mulai mengalami kebutaan sejak dirinya saat umur 7 tahun. Saat
itu dirinya mengalami sakit panas yang sangat tinggi sehingga bola
matanya pecah.
"Dulunya masuk angin dibawa ke klinik, trus over
dosis suntikannya. Malah tambah panas. Besoknya langsung nggak bisa
lihat. Karena saking tingginya (suhu), bijinya (mata) kaya kena air
mendidih," ujar Suharti yang saat ditemui mengenakan kaos putih
bertuliskan 'I ♥ Bali' .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar