REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terungkapnya penerbitan ijazah perguruan
tinggi yang palsu, asli tapi palsu, asli tapi tidak melalui proses
perkuliahan atau jenjang akademik yang wajar membuat akademisi
Universitas Indonesia Chusnul Mar'iyah berkomentar.
Menurutnya
ijazah haruslah diperoleh dengan cara yang jujur karena masalah bangsa
ini merupakan refleksi dari peradaban bangsa yang penyebabnya adalah
masalah pendidikan.
"Budaya kita memang menghargai ijazah,
hargailah ijazah tersebut karena jujur memperolehnya. Ijazah adalah
label bukan type of person," ujar Chusnul dalam akun facebooknya, Kamis
malam (28/5).
Dia menambahkan, oleh sebab itu berilah kualitas
pada ijazah yang sudah dicapai. Artinya penerima ijazah harus menjaga
integritasnya dari perbuatan-perbuatan yang dapat merusak citra.
Chusnul
mengungkapkan tingkat rata-rata pendidikan di Indonesia adalah 7,5
tahun artinya kelas dua semester SMP. Kebijakan negara yang membuat
semakin kompleksnya dunia pendidikan. Karir guru, dosen seringkali
ditentukan oleh administratif yang tentunya tidak merata di republik
ini.
Dia menuturkan untuk karir pejabat juga ditentukan oleh
sertifikat ijazah. Alhasil mau di parlemen, eksekutif, yudikatif, ijazah
dan gelar musti dipajang walau tidak ada isinya, hasil beli, bukan
hasil belajar yang benar.
"Mari para pejabat berilah contoh mau dapat master, doktor musti mengikuti kuliah dengan benar," katanya.
Lebih lanjut dia mengingatkan bahwa prinsip pendidikan di Indonesia adalah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani
"Dengan
demikian kita membangun integritas dan peradaban bangsa. mari kita
selamatkan dunia pendidikan di Indonesia. Mari kita berlomba- lomba
untuk melakukan kebaikan. Pendidikan adalah remedy dari semua persoalan
bangsa kita," tandasnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar