Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Kamis pagi bergerak melemah sebesar tiga poin menjadi
Rp13.192 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.189 per dolar AS.
"Bank Indonesia yang masih berkomitmen untuk selalu berada di pasar
valas domestik agar volatilitas rupiah tidak terlalu tinggi menjelang
rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) di pertengahan Juni
mendatang," kata Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis.
Secara umum, lanjut dia, dolar AS masih berpotensi untuk terus
bergerak menguat seiring dengan mulai membaiknya data ekonomi Amerika
Serikat.
Selain itu, potensi penguatan dolar AS juga dipicu oleh
melemahnya mata uang euro yang merespon rencana bank sentral Eropa (ECB)
untuk memperbesar stimulus keuangannya pada bulan Mei dan Juni untuk
meningkatkan likuiditas yang masih rendah.
Dari dalam negeri, ia menambahkan bahwa sebagian pelaku pasar masih
khawatir dengan inflasi yang diperkirakan tinggi dalam dua bulan
mendatang seiring dengan datangnya bulan puasa, kondisi itu bisa
berdampak negatif bagi mata uang rupiah.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada
menambahkan bahwa minimnya sentimen positif dari dalam negeri masih
menjadi kendala bagi rupiah untuk kembali berada dalam area positif.
"Saat ini, nilai tukar rupiah belum cukup mampu berbalik naik di
tengah minimnya sentimen positif dari dalam negeri. Apalagi, sentimen
kenaikan suku bunga the Fed masih terus membayangi," katanya.
Ia mengharapkan bahwa mulai adanya beberapa proyek pembangunan
infrastruktur di dalam negeri dapat menahan tekanan bagi mata uang
rupiah ke depannya. Pembangunan infrastruktur diharapkan juga mendorng
pertumbuhan ekonomi domestik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar