Jakarta (ANTARA News) - Pucuk
pimpinan di TNI akan berakhir Juli 2015. Panglima TNI saat ini, Jenderal
Moeldoko akan pensiun dari dinas militer pada Juli 2015.
Menurut pengamat militer dari
Universitas Padjajaran, Muradi, untuk pengganti Moeldoko, bisa dari TNI
AL atau TNI AU. Saat ini, Laksamana TNI Ade Supandi menjadi kepala staf
TNI AL dan Marsekal TNI Agus Suprihatna menjabat kepala staf TNI AU.
"Tapi pergantian panglima TNI itu tergantung presiden. Kalau kalau saya, situasinya harus digilir. Pak Moeldoko khan dari TNI AD," kata Muradi, di Jakarta, saat dihubungi, Minggu.
Hingga saat ini ada "konsensus"
bahwa panglima TNI adalah seorang perwira tinggi bintang empat aktif
dan kepala staf matra TNI yang masih menjabat. Tidak pernah terjadi
seorang perwira tinggi selain bintang empat yang dilantik menjadi
panglima TNI, sebagaimana halnya seorang kepala staf matra TNI.
Indonesia tidak pula menganut
kepemimpinan puncak militer aktifnya dengan pola kepala staf gabungan
sebagaimana terjadi sejak lama di Angkatan Bersenjata Amerika Serikat.
Pola kepempimpinan ini pernah diadopsi Indonesia pada 1955-1959
(Jenderal TNI Abdul Haris Nasution dan Laksamana Udara Suryadi
Suryadarma).
Militer Amerika Serikat tidak
dipimpin seorang panglima Angkatan Bersenjata Amerika Serikat melainkan
seorang ketua gabungan kepala-kepala staf (chairman of joint chief of staffs).
Hingga 1999, ABRI/TNI tidak
pernah dipimpin seorang perwira tinggi bintang empat di luar TNI AD.
Adalah Laksamana TNI Widodo AS (26 Oktober 1999-7 Juni 2002) yang
menjadi laksamana pertama dari TNI AL di posisi itu setelah sebelumnya
menjadi kepala staf TNI AL dan kemudian wakil panglima TNI.
Setelah dia adalah Jenderal TNI
Endriartono Sutarto (TNI AD/7 Juni 2002-13 Februari 2006), Marsekal TNI
Djoko Suyanto (TNI AU/13 Februari 2006-28 Desember 2007), Jenderal TNI
Djoko Santoso (TNI AD/28 Desember 2007-28 Desember 2010), Laksamana TNI
Agus Suhartono (TNI AL/28 Desember 2010-30 Agustus 2013), dan kini
Jenderal TNI Moeldoko (TNI AD/30 Agustus 2013-saat ini).
Berlainan dengan Kepolisian
Indonesia, sejak Orde Baru berkuasa hingga kini, kepemimpinan TNI
berjalan mulus dan tidak pernah dilatari konflik apapun, termasuk
konflik politik.
"Karena itu (giliran) soal keadilan dan kepentingan bersama," imbuh Muradi.
Dia mengakui, memang dalam UU
TNI Nomor 34/2004 tentang TNI tidak diatur tentang pergantian Panglima
TNI secara pasti. Namun, selama ini pergantian panglima TNI sudah
dilakukan secara bergiliran.
Ketika ditanya, apakah ada kemungkinan Presiden Jokowi memilih panglima TNI dari TNI AL, Muradi tidak membantah.
"Bisa saja dengan alasan untuk memperkuat soal kemaritiman. Tapi siapapun panglima TNI, dia akan memimpin semuanya dan ini khan lebih pada operasional," sebut dia.
Sementara itu, pengamat militer
dari Pro Patria, Hari Priyantono, kemungkina Presiden Jokowi memilih
panglima TNI dari AL sangat dimungkinkan.
"Tapi kembali ke presiden soal
pergantian panglima TNI. Kalau presiden ingin concern dan perkuat
masalah kemaritiman, bisa saja Presiden nanti akan memilih panglima TNI
dari TNI AL," kata dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar