Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Kamis pagi bergerak menguat sebesar 35 poin menjadi
Rp13.125 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.160 per dolar AS.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa mata uang rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS menyusul pernyataan bank sentral AS (the Fed) yang belum menaikkan suku bunganya (Fed fund rate) pada bulan Juni nanti.
"Pernyataan the Fed yang masih enggan menaikkan suku bunga, berpeluang untuk menekan mata uang dolar AS di negara berkembang termasuk di Indonesia," katanya.
Ia menambahkan bahwa rupiah berpeluang menguat lebih tinggi terutama jika data Tiongkok mencatatkan hasil positif. Pelaku pasar sedang menantikan data manufaktur Tiongkok pada Kamis ini.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa data perekonomian Amerika Serikat yang tersedia belum memadai bagi the Fed untuk menaikkan suku bunganya.
"Sebagian investor saat ini juga sedang menanti pidato Gubernur the Fed Jannet Yellen mengenai prospek ekonomi AS untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut setelah pada kuartal I tahun ini ekonomi AS cenderung melemah," katanya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa penguatan rupiah juga ditopang dari kenaikan pertumbuhan produk domestik bruto kuartalan Jepang sehingga mendorong mata uang yen menguat terhadap dolar AS dan berdampak positif terhadap rupiah.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Kamis, mengatakan bahwa mata uang rupiah mengalami penguatan terhadap dolar AS menyusul pernyataan bank sentral AS (the Fed) yang belum menaikkan suku bunganya (Fed fund rate) pada bulan Juni nanti.
"Pernyataan the Fed yang masih enggan menaikkan suku bunga, berpeluang untuk menekan mata uang dolar AS di negara berkembang termasuk di Indonesia," katanya.
Ia menambahkan bahwa rupiah berpeluang menguat lebih tinggi terutama jika data Tiongkok mencatatkan hasil positif. Pelaku pasar sedang menantikan data manufaktur Tiongkok pada Kamis ini.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa data perekonomian Amerika Serikat yang tersedia belum memadai bagi the Fed untuk menaikkan suku bunganya.
"Sebagian investor saat ini juga sedang menanti pidato Gubernur the Fed Jannet Yellen mengenai prospek ekonomi AS untuk mendapatkan petunjuk lebih lanjut setelah pada kuartal I tahun ini ekonomi AS cenderung melemah," katanya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa penguatan rupiah juga ditopang dari kenaikan pertumbuhan produk domestik bruto kuartalan Jepang sehingga mendorong mata uang yen menguat terhadap dolar AS dan berdampak positif terhadap rupiah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar