RMOL. Program 'Kartu Sakti' Jokowi yakni Kartu Indonesia Sehat
(KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS)
terus menuai kritikan. Mahasiswa menilai program tersebut tidak
menyentuh lapisan masyarakat yang membutuhkan. Bahkan, pengawasan
terhadap program tersebut masih minim.
Kemarin, puluhan
mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Posraya Indonesia (FMP
Indonesia) menggelar aksi unjuk rasa di depan Istana Negara, Jakarta.
Mereka menuntut segera dilakukannya implementasi program yang
benar-benar pro rakyat.
Para mahasiswa mulai berkumpul di Kampus
Universitas Bung Karno (UBK) untuk selanjutnya melakukan aksi long
march ke stasiun Gambir dan Istana Negara. Mereka membawa spanduk dan
bendera serta membagi-bagikan selebaran berisi tuntutan agar
pemerintahan Jokowi-JK konsisten dengan janji-janjinya untuk mewujudkan
program-program yang pro-rakyat, seperti KIS, KIP dan KKS.
"Realisasi
di bidang pendidikan dan kesehatan melalui KIS dan KIP, mahasiswa
melihat berbagai pengawasan ketat perlu dilakukan. Sebab sampai saat ini
program-program ini masih tidak tepat sasaran," ujar Sekjen FMP
Indonesia, Rezza Fahlevi dalam orasinya di depan Istana Negara, Jakarta,
kemarin.
Peserta aksi yang dijaga ketat ratusan anggota
kepolisian ini melakukan orasi-orasi di depan Istana sembari tetap
membagi-bagikan selebaran serta menuntut dilakukannya implementasi
program pemerintah yang benar-benar pro rakyat.
Menurut Rezza,
saat ini tercatat sebanyak 88,2 juta jiwa penduduk Indonesia yang harus
mendapatkan program kartu KIS dan 20,3 juta jiwa yang harus mendapatkan
program kartu KIP. "Itu harus memprioritaskan orang kurang mampu, dan
dibagikan kepada mereka. Nyatanya, sampai hari ini banyak sekali yang
tidak tepat sasaran," ujarnya.
Karena itu, mahasiswa mendesak
dilakukannya penerapan program pro-rakyat yang tepat sasaran, serta
pengawasan yang ketat dari semua pihak agar pelaksanaan program itu
tidak melenceng. "Ada uang rakyat di sana, dan tentunya berhak melakukan
pengawasan, sebagai bagian masyarakat, kita harus mengawasi itu,"
tandasnya.
Di tempat yang sama, Boy--salah seorang peserta aksi
dari UBK menyampaikan, pihaknya telah melakukan aksi dan konsolidasi
dengan 22 elemen kampus untuk terus melakukan pengawasan terhadap
jalannya pemerintahan. "Program-program nyata yang pro rakyat harus
terus diawasi, agar tepat sasaran," ujar Boy.
Dia menjelaskan,
pemerintah juga membutuhkan kerja sama dalam semangat gotong royong.
Karena itu, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla harus konsisten dengan
jargon-jargon pro-rakyat yang dikumandangkannya semasa pilpres lalu.
"Revolusi
mental, Trisakti, Nawacita itu semua harus diselaraskan dalam
pelaksanaannya. Negara ini berdiri di atas rakyat, ada harapan dan
cita-cita demi kemajuan bangsa. Itu harus diwujudkan," tandasnya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar