RMOL. Buruknya kinerja pemerintahan Jokowi-JK membuat kalangan
aktivis mahasiswa kecewa. Mereka mengajak elemen mahasiwa di Tanah Air
untuk turun ke jalan pada momentun Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei.
Ketua
Progres 98, Faizal Assegaf menyatakan, Gerakan 20 Mei bukanlah gerakan
tunggal, melainkan suatu gerakan yang dirancang berkelanjutan, dan
puncak adalah pada November nanti. Menurutnya, aksi ini untuk
mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat.
"Gerakan
ini tidaklah terfokus pada kuantitas massa, tapi lebih pada kualitas
gerakan yang diharapkan akan mampu menggerakkan mahasiswa dan masyarakat
untuk ikut serta dalam pergerakan tersebut," katanya di Jakarta,
kemarin.
Faizal menjanjikan, Gerakan 20 Mei akan memberikan
kejutan bagi publik. Apalagi gerakan ini bukanlah gerakan demonstrasi
biasa. "Nanti akan ada kejutan-kejutan. Indikasi-indikasi itu akan
membuat semua orang terhentak," ungkapnya.
Walaupun massa yang
ikut serta tidaklah banyak, dia meyakini bahwa gerakan tersebut akan
mampu memicu mahasiswa-mahasiswa lainnya untuk turut serta. Sebagaimana
yang terjadi waktu jatuhnya bekas Presiden Soeharto yang juga berawal
dari demonstrasi kecil yang kemudian membesar.
Dia juga mengecam,
mahasiswa yang tidak ikut serta dalam gerakan ini adalah mahasiswa
pecundang. Karena itu dia mengajak mahasiswa dari semua elemen untuk
menjadikan 20 Mei nanti sebagai momentum persaudaraan nasional. "Tanggal
20 adalah momentum kembali untuk persaudaraan anak bangsa. Momentum ini
tidak dua kali, datang dengan nurani dan kesadaran intelektual untuk
mengatakan tidak terhadap rezim pembohong. Itu momentum kalian.
Jadilah calon-calon pemimpin besar. Jangan menjadi pecundang, jadi
penonton. Jadilah pelaku perubahan," tandasnya.
Ketua Departemen
Pembangunan Karakter Bangsa Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam
(KAHMI), Mohammad Nasih, juga menyerukan kepada seluruh mahasiswa
Indonesia untuk melakukan gerakan aksi berdemonstrasi menanggapi situasi
nasional yang makin buruk.
"Mahasiswa Indonesia bersatulah!
Turunlah ke jalan pada 20 Mei. Bela rakyatmu. Jangan biarkan mereka
ditindas pemimpin mereka sendiri," tekannya.
Menurutnya, tanggal
20 Mei merupakan momentum gerakan reformasi. "Momentum itu harus
dimanfaatkan untuk menggerakkan kembali perbaikan dalam tatanan
kenegaraan yang rusak berat sekarang ini," paparnya.
Ditambahkannya,
seruan aksi tersebut berusaha membidik isu situasi nasional yang
semakin buruk. "Isu besarnya adalah situasi nasional yang makin buruk.
Pemerintahan yang lemah dan menambah persoalan. Ganti pemimpin nasional
yang kuat dan bisa menggunaan kewibawaan untuk membangun negara,"
tuturnya.
Dia juga melihat, saat ini dinamika kehidupan mahasiswa statis. Bahkan dia mengatakan kampus ibarat kandang ayam potong.
"Saat
ini, banyak kampus menjadi ibarat kandang ayam potong. Tidak ada
dinamika mahasiswa. Malas diskusi, malas aksi. Yang penting, jika sudah
kuliah empat tahun, mahasiswa harus diwisuda. Persis seperti ayam
potong yang jika sudah 60 hari, harus dipotong, baik kakinya lurus
maupun pengkor," sebutnya.
Dia menegaskan, mahasiswa adalah inti
gerakan. "Jika mahasiswa bergerak, yang lain mungkin akan ikut
bergerak. Jika mahasiswa melempem, maka pasti yang lain akan lebih
parah. Karena itu, yang harus digerakkan dulu adalah mahasiswa,"
tandasnya.
Sementara itu, Ketua DPR Setya Novanto mengatakan,
aksi demonstrasi yang akan digelar mahasiswa pada 20 Mei nanti adalah
bentuk kontribusi para mahasiswa dalam mengoreksi enam bulan perjalanan
pemerintahan Jokowi-JK.
"Pemuda sekarang mengerti cara-cara
memberikan kontribusi besar kepada bangsanya, dan salah satu caranya
dengan aksi untuk koreksi pemerintah," katanya di Komplek Parlemen,
Jakarta, Jumat lalu.
Dia meminta para mahasiswa untuk bisa
menyampaikan aspirasinya secara tertib tanpa ada insiden apa pun yang
berujung pada anarkisme.
"Pastinya aksi protes ini sudah
dipikirkan dengan panjang. Dan Kapolda juga sudah memberikan informasi
ini, semoga aksi nanti bisa berjalan tertib," katanya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar