Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Senin pagi bergerak menguat sebesar 54 poin menjadi
Rp13.114 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.060 per dolar AS.
"Mata uang rupiah melemah menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pekan ini. Pelaku pasar menanti kebijakan BI mengenai tingkat suku bunga acuan (BI rate)," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Selain itu, pelaku pasar uang juga sedang menanti data statistik utang luar negeri. Diharapkan kebijakan BI serta data yang akan dirilis sesuai dengan harapan pasar sehingga terbuka potensi rupiah untuk bergerak positif.
Menurut dia, potensi rupiah untuk kembali bergerak menguat cukup terbuka menyusul neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus senilai 454,4 juta dolar AS pada periode April. Kondisi itu memberi harapan menyempitnya defisit neraca transaksi berjalan.
Di sisi lain, belum stabilnya rilis data-data ekonomi Amerika Serikat memberikan spekulasi bahwa kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa surplusnya neraca perdagangan Indonesia sedikit menutupi pesimisme pelaku pasar uang terhadap perlambatan ekonomi domestik.
"Rupiah secara umum masih akan bergerak stabil meski dibayangi tekanan menyusul kebijakan untuk mendongkrak performa pertumbuhan ekonomi sejauh ini belum terlalu meyakinkan," katanya.
"Mata uang rupiah melemah menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pekan ini. Pelaku pasar menanti kebijakan BI mengenai tingkat suku bunga acuan (BI rate)," kata Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di Jakarta, Senin.
Selain itu, pelaku pasar uang juga sedang menanti data statistik utang luar negeri. Diharapkan kebijakan BI serta data yang akan dirilis sesuai dengan harapan pasar sehingga terbuka potensi rupiah untuk bergerak positif.
Menurut dia, potensi rupiah untuk kembali bergerak menguat cukup terbuka menyusul neraca perdagangan Indonesia yang mencatatkan surplus senilai 454,4 juta dolar AS pada periode April. Kondisi itu memberi harapan menyempitnya defisit neraca transaksi berjalan.
Di sisi lain, belum stabilnya rilis data-data ekonomi Amerika Serikat memberikan spekulasi bahwa kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta menambahkan bahwa surplusnya neraca perdagangan Indonesia sedikit menutupi pesimisme pelaku pasar uang terhadap perlambatan ekonomi domestik.
"Rupiah secara umum masih akan bergerak stabil meski dibayangi tekanan menyusul kebijakan untuk mendongkrak performa pertumbuhan ekonomi sejauh ini belum terlalu meyakinkan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar