Republika
Oleh Lilis Sri Handayani
Tidak ke mana-mana, tapi ada di mana-mana. Begitulah aktivitas Mochammad Syarif selama ini. Pelaku bom bunuh diri di Masjid Az-Zikra Mapolres Kota Cirebon itu tidak terikat dalam suatu organisasi masyarakat (ormas) tertentu.
Namun, jika ada ormas Islam di Cirebon yang melakukan aksi menentang kemaksiatan, tanpa diajak ikut serta pun Syarif akan selalu terlibat di dalamnya. “Dia (Syarif) memang akan bersikap keras jika melihat ada kemaksiatan,” ujar Ketua Jamaah Ansorut Tauhid (JAT) Agung Nur Alam kepada Republika, Jumat (22/4).
Sebagai sesama aktivis Islam, Agung mengaku kadang terlibat bersama Syarif dalam berbagai kegiatan ormas Islam maupun pengajian di masjid-masjid. Namun, Syarif melakukan hal itu atas nama pribadi, bukan bagian dari ormas tertentu, termasuk JAT yang dipimpinnya.
Selama mengenal Syarif, Agung menilai, warga Kampung Astanagarib Utara, Kelurahan/Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon, itu memang memiliki sisi negatif dari kepribadiannya. Dia menilai, Syarif memiliki temperamental yang keras dan mudah marah. Hal itu terutama jika Syarif melihat ada kemaksiatan yang nyata-nyata terjadi di depan matanya.
Agung mencontohkan, saat melihat ada orang sedang mabuk-mabukan, tanpa ragu Syarif langsung memarahi orang tersebut. Tak hanya itu, Syarif juga tanpa merasa takut langsung mengobrak-abrik minuman keras (miras) tersebut. “Syarif benci bila melihat ada peredaran miras,” ujar Agung.
Mengenai miras, Agung dan Syarif memiliki kisah tersendiri yang membuat mereka harus berurusan dengan aparat kepolisian. Gara-gara itu pula, Syarif masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) oleh Polres Kota Cirebon.
Peristiwanya terjadi pada September 2009 lalu, tepatnya satu minggu setelah Lebaran Idul Fitri. Saat itu, Agung dan sejumlah remaja masjid menghadiri acara halal bihalal di sebuah masjid di Jalan Cipto Kota Cirebon. Saat itu, Agung dan remaja masjid lainnya menerima informasi ada sejumlah Alfamart yang menjual miras.
Karena itu, secara spontan, Agung dan beberapa orang temannya, termasuk Syarif, mendatangi toko itu. Berdasarkan informasi yang diterimanya, ada lima gerai yang menjual miras. Namun setelah didatangi, ternyata hanya ada tiga gerai yang menjual miras, yakni di Jalan Kesambi Dalam, Jalan Lawanggada, dan di Jalan Achmad Yani Bypass Kota Cirebon.
Semula, Agung hanya akan menasihati pemilik toko agar tidak lagi menjual miras. Namun, setelah melihat jumlah miras yang cukup banyak, Agung dan teman-temannya pun sepakat untuk menghancurkan miras itu. “Kami hanya ingin memberi peringatan kepada pemilik miras,” kata Agung ketika itu.
Namun, di Indonesia yang merupakan negara hukum, sikap main hakim sendiri seperti yang mereka lakukan tentu tak dapat dibenarkan. Karenanya, pihak kepolisian pun menangkap mereka untuk mempertanggungjawabkan perbuatan tersebut.
Dari sembilan orang yang terlibat, lima di antaranya berhasil ditangkap polisi, termasuk Agung. Kelima orang itu pun akhirnya dimajukan ke meja hijau dan divonis enam bulan penjara oleh majelis hakim di Pengadilan Negeri Cirebon. Sedangkan empat orang lainnya, termasuk Syarif, berhasil meloloskan diri dan masuk dalam DPO polisi.
Agung menambahkan, selain memiliki sisi negatif, Syarif juga memiliki sifat yang baik. Dia menilai, Syarif merupakan pribadi yang ramah, sopan, dan suka menolong teman yang sedang dililit kesulitan. Bahkan, jika ada teman yang mengalami kesulitan keuangan, maka Syarif tak segan-segan untuk memberikan uangnya.
Kutuk aksi Syarif
Selama mengenal Syarif, Agung mengaku tak pernah mendengar Syarif berbicara mengenai masalah jihad ataupun mati syahid. Karena itu, dia mengaku terkejut ketika mendengar aksi bom bunuh diri yang dilakukan Syarif di Masjid Mapolresta Cirebon.Tak hanya Agung, keterkejutan serupa juga disampaikan ulama dan sejumlah pimpinan ormas Islam di Cirebon. Mereka pun ramai-ramai mengutuk keras tindakan yang dilakukan Syarif.
Penasihat Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Cirebon Dede Muharam menyatakan, bom bunuh diri di dalam masjid Mapolresta Cirebon merupakan tindak kejahatan kemanusiaan. Apalagi, sasarannya adalah umat Islam yang akan menunaikan shalat Jumat di dalam masjid. “Itu adalah perbuatan yang sangat biadab,” tegas Dede.
Hal senada diungkapkan Wakil Ketua Muhammadiyah Sunardi Suwela. Dia mengungkapkan, aksi bom bunuh diri di dalam masjid merupakan perbuatan penistaan Islam dan melukai hati umat Islam. Perwakilan Nahdlatul Ulama (NU) Sahrudin juga mengatakan, aksi bom bunuh diri Syarif sangat melukai umat Islam. Karena itu, dia meminta aparat terkait untuk menuntaskan masalah itu hingga ke akar-akarnya.
Pengurus Persis Cirebon Mustaqim Azis menambahkan, pengeboman tersebut tidak dibenarkan dalam ajaran Islam. Karena itu, dia mengimbau agar siapa pun yang terlibat dalam aliran dan paham itu agar kembali pada ajaran Islam yang lurus. ed: nur hasan murtiaji (-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar