BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 31 Januari 2014

Produsen Alas Kaki Relokasi ke Jatim

Jpnn
SURABAYA - Sejumlah industri alas kaki di Tangerang dan Bekasi berencana merelokasi produksi ke Jatim. Keputusan itu diambil lantaran beban operasional perusahaan makin membengkak, terutama faktor upah minimum yang kenaikannya dinilai terlalu tinggi.
     
Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Eddy Widjanarko mengatakan, keputusan untuk hengkang dari lokasi yang sekarang sudah bulat. Keputusan itu diambil dalam pertemuan yang dihadiri perusahaan sepatu di Jakarta beberapa waktu lalu.
     
"Rencana untuk relokasi itu sudah pasti. Jadi ada dua kemungkinan, selain relokasi ke Jatim dan Jateng, malah ada yang memutuskan ke Vietnam. Ada enam pabrik yang bakal pindah ke Vietnam, semuanya PMA (penanaman modal asing)," tandas dia kemarin (30/1).
     
Tentu keputusan merelokasi ke negara lain berdampak buruk. Terutama hilangnya lapangan pekerjaan. Eddy menyebut, satu pabrik PMA tersebut menyerap sedikitnya 30.000 tenaga kerja.
Sebab, sudah dua tahun terakhir ini perusahaan alas kaki merasakan iklim industri padat karya di tanah air sudah tidak mendukung.
     
"Kenaikan upah minimum dengan persentase 30-50 persen tidak tepat, seharusnya menyesuaikan dengan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Tentu ini bagi perusahaan alas kaki merasa dirugikan," tukasnya.
     
Selain kenaikan upah, perusahaan juga mempertimbangkan rencana kenaikan tarif listrik industri. Dampaknya biaya operasional makin berat, sehingga relokasi menjadi satu-satunya pilihan.
"Makanya, harus ada upaya dari pemerintah untuk mendukung keberadaan industri. Jangan sampai akhirnya mereka pindah dari Indonesia. Bahkan di wilayahnya yang sekarang, sekitar 200 ribu tenaga kerja berpotensi kehilangan pekerjaan," kata Eddy.
     
Terkait rencana relokasi ke Jatim dan Jateng, lanjut dia, sudah ada perusahaan yang melakukan pembicaraan dengan pemda setempat. Bahkan sudah ada yang membeli tanah. Menurut dia, kedua provinsi tersebut menjadi alternatif yang memungkinkan dengan besaran upah minimum kota/kabupaten dinilai wajar.
     
"Tapi untuk Jatim, kami tidak akan masuk ke wilayah dengan upah terbilang tinggi. Kami mempertimbangkan masuk ke wilayah yang merupakan ring III. Makanya rencana ini perlu dukungan dari pemda setempat, dari sisi perizinan difasilitasi sehingga bisa lebih cepat," katanya. Rencana relokasi itu akan direalisasikan dalam waktu dua sampai tiga tahun ke depan.
     
Terkait rencana hengkang dari Indonesia, dia berharap tidak mempengaruhi ekspor alas kaki dalam jangka panjang. Hampir sebagian besar anggota Aprisindo merupakan perusahaan alas kaki dengan orientasi ekspor.
Sedangkan tahun ini, pihaknya mematok ekspor alas kaki USD 3,9 miliar. "Kami berharap bisa sama dengan tahun lalu. Mencapai USD 3,9 miliar itu sudah bagus dan tidak ada penurunan," tutur Eddy.
     
Secara terpisah, Kepala Badan Penanaman Modal Jatim Warno Harisasono akan memberikan pelayanan maksimal bagi perusahaan yang akan merelokasi pabriknya ke Jatim. "Kami akan memfasilitasi apa yang diperlukan sesuai ketentuannya," tandas Warno. (res/oki)

Tidak ada komentar: