Surabaya (ANTARA
News) - Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Murdjito menilai Front Pembela
Islam (FPI) di Jawa Timur hingga kini belum ada tindak kekerasan seperti
halnya di Palangkaraya, Kalteng, sehingga keberadaannya masih terpantau
kondusif.
"Di Jatim belum ada indikasi kekerasan (FPI) seperti di Kalimantan,
tapi kami akan selalu memantau situasi untuk antisipasi," katanya dalam
silaturahim dengan insan pers Jatim di Makodam V/Brawijaya, Surabaya,
Selasa.
Didampingi sejumlah asisten, Danpomdam V/Brawijaya, dan Ketua PWI
Jatim Drs H Akhmad Munir, ia menjelaskan situasi di Jawa Timur hingga
kini tergolong stabil dan kondusif, meski ada dinamika serupa, namun
relatif terkendali.
"Kalau (FPI) yang di sana jelek, misalnya, maka (FPI) yang di sini
belum tentu jelek, karena ada juga (FPI) yang sifatnya membantu. Mereka
bilang kepada polisi bahwa mereka mau melakukan penertiban, sehingga
polisi memantau," katanya.
Ia mengemukakan hal itu menanggapi kasus pencekalan yang dilakukan
massa Dewan Adat Dayak terhadap sejumlah delegasi Front Pembela Islam
(FPI) di Bandara Cilik Riwut, Palangkaraya, 11 Februari 2012, akibat
penilaian FPI identik dengan kekerasan.
Dalam pertemuan yang dihadiri 105 wartawan dan pimpinan redaksi
dari 49 media cetak dan elektronika di Jatim itu, Pangdam V/Brawijaya
menyatakan situasi Jatim yang kondusif juga ditentukan media massa.
"Ada empat M yang menentukan merah dan hijau-nya Jatim yakni massa,
mahasiswa, media, dan militer. Sekarang, dua kekuatan sudah menyatu,
karena itu kita berharap Jatim bisa aman, nyaman, dan sejahtera,"
katanya, disambut applaus hadirin.
Menurut dia, militer dan media mungkin memiliki tugas yang berbeda,
tapi keduanya memiliki tujuan yang sama yakni Jatim yang aman, nyaman,
dan sejahtera.
"Karena itu, saya akan terbuka dan selalu mengupayakan kebersamaan
Kodam V/Brawijaya dengan insan pers di Jatim, baik melalui silaturahmi,
olahraga bersama, maupun kegiatan sosial," katanya.
Sementara itu, Ketua PWI Jatim Drs H Akhmad Munir menyampaikan
apresiasi atas gagasan Pangdam V/Brawijaya yang melahirkan silaturahmi
dengan insan pers kali ini.
"Gagasan pertemuan ini memang dari Pangdam V/Brawijaya dan kita
menyambutnya untuk mewujudkan kolaborasi dan sinergi. Tujuannya adalah
menciptakan Jatim yang dinamis tapi stabil," katanya.
Munir yang juga Kepala Perum LKBN ANTARA Biro Jawa Timur itu
menilai hubungan pimpinan Kodam V/Brawijaya dan insan pers di Jatim
sejak dulu cukup komunikatif.
"Media massa boleh saja mengkritik militer, tapi kritik itu harus
mendorong militer menjadi tentara milik rakyat, bukan tentara milik
tentara," katanya.
Dalam pertemuan itu, Pangdam V/Brawijaya juga menjelaskan
keterlibatan lima oknum TNI dalam kasus tenggelamnya imigran gelap asal
Timur Tengah di Perairan Prigi, Trenggalek, 17 Desember 2011. "Mereka
sudah ditahan dan segera disidangkan," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar