RMOL. Gedung DPR/MPR sering kali menjadi tujuan aksi
demonstrasi massa yang tak puas akibat kebijakan pemerintah yang
dianggap tidak pro rakyat. Salah satu fasilitas yang kerap menjadi
sasaran perusakan adalah pagar depan gedung tersebut.
PAGAR kokoh setinggi 4 meter itu pada tahun lalu setidaknya lima
kali kena amuk massa. Terakhir, aksi demo di depan pagar DPR dilakukan
ribuan perangkat desa pada 14 Desember 2012. Ribuan demonstrans
menuntut segera disahkannya RUU Desa dan pengangkatan statusnya menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Meski dijaga ratusan polisi tapi massa berhasil menjebol pagar depan
DPR di jalan Gatot Subroto dan masuk ke area gedung DPR. Selain
pagar, massa pun memasuki halaman depan DPR merusak tanaman, dan
mengotori tembok pagar dengan tulisan yang menyudutkan pemerintah.
Tak hanya Gedung DPR, ribuan perangkat desa juga beraksi di jalan
tol dalam kota diwarnai anarkisme. Tumbuhan pembatas jalan tol
dicabuti, pagar besi pembatas jalan tol dirusak. Jalan tol macet
belasan kilometer. Sementara, truk-truk polisi telah berjajar di tengah
jalan tol untuk mengusir pendemo yang bringas.
Meski kerusakan fasilitas DPR akibat demo perangkat desa sudah
lebih tiga pekan, namun perbaikan belum dilakukan Setjen DPR.
“Kerusakan pagar DPR akibat aksi perangkat desa yang terakhir belum
diperbaiki. Belum ada anggaran yang dikeluarkan. Kami sedang
mendata kerusakan apa saja. Setelah dicek diperkirakan
perbaikannya kira-kira menghabiskan Rp 16 sampai 20 juta,” kata
Kepala Biro Pemeliharaan Bangunan dan Instalasi (Kabiro Harbangin)
Setjen DPR Ery Saptaria Achyar kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, akhir pekan lalu.
Selama 2012 Setjen DPR mencatat sudah melakukan empat kali perbaikan
pagar DPR. (Lengkapnya baca tabel). Perbaikan pagar DPR yang paling
banyak menelan anggaran adalah terkait akibat aksi penolakan kenaikan
harga BBM, yaitu sebesar Rp 130 juta.
Ery menuturkan, ratusan masa pendemo antikenaikan harga BBM berhasil masuk ke Gedung DPR, meski pada awalnya gagal.
“Demo BBM paling banyak menimbulkan kerusakan karena dilakukan
terus-menerus sepanjang Maret 2012. Sekitar Rp 130 juta kita keluarkan
untuk perbaikan. Pagar kok selalu jadi sasaran ya? Hari ini diperbaiki,
besok dirusak lagi,” sesalnya.
Dalam upaya pemeliharaan dan perbaikan, Setjen DPR selalu berusaha
transparan. Hal itu juga sekaligus membantah tuduhan berbagai pihak,
terutama LSM yang gencar menuduh Setjen DPR tidak transparan dan selalu
memboroskan dalam mengelola keuangan negara.
Dalam perbaikan pagar DPR, Setjen selalu melakukan tender terbuka,
sehingga pengeluaran anggaran bisa dipertanggungjawabkan. “Tidak
terlalu besar. Anggaran disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkat
kerusakan. Rata-rata sekitar Rp 50 juta, kecuali kerusakan aksi demo
BBM, itu yang paling besar,” jelasnya.
Total anggaran yang dikeluarkan Setjen DPR untuk memperbaiki pagar
pada 2012 sebesar Rp 280 juta. “Silakan dihitung sendiri. Tapi yang
akibat aksi demo perangkat desa pada Desember lalu jangan dihitung
dulu, karena belum diperbaiki. Kalau layak dikerjakan, ya kita
kerjakan. Tidak ada anggaran yang mengada-ada kok,” ujarnya.
Harbangin DPR memiliki tiga tugas pokok dan fungsi yaitu,
pemeliharaan, pembangunan dan instalasi. Ketiga tupoksi tersebut
setiap tahunnya memperoleh masing-masing anggaran sebesar Rp 60 miliar.
Dengan demikian dalam setahun, Harbangin DPR memiliki anggaran Rp 180
miliar. “Kalau ada anggaran yang lebih ya harus dikembalikan. Kita
berusaha sangat terbuka,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal DPR Nining Indra Saleh membenarkan, dari empat
demonstrasi yang terjadi di DPR, kerusakan yang paling parah adalah
akibat demo penolakan kenaikan harga BBM pada Maret 2012.
Diungkapkan, aksi massa saat menggelar unjuk rasa terkait penolakan
kenaikan harga BBM mengakibatkan rusaknya pintu gerbang kompleks Gedung
DPR. Kerusakannya pun cukup luas, yaitu 42 meter sebelah kanan dan kiri.
“Sebelah kanan rusaknya cukup berat. Biro Harbangin sudah meneliti ada
18 item pengerjaan, ada perapihan, fondasi, kolom, dan pemasangan
pagar,” jelasnya.
Dijelaskan, mengacu pada Perpres No.54 tahun 2010 Tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah, kerusakan yang terjadi akibat force major perlu
penanganan segera, sehingga tidak melewati proses tender.
“Tapi standar bangunan pemerintah, semua ada aturannya. Lalu dari mana orang memprediksi mahal dan murah,” ujarnya.
Nining berharap tidak ada lagi aksi merobohkan pagar DPR. Sebab,
bagaimanapun pembangunan, perawatan dan perbaikannya menggunakan
uang negara. ”Saya sangat mengharapkan ketika menyampaikan aspirasi
jangan merusak, karena perbaikan Gedung DPR juga menggunakan uang
rakyat. Lebih baik digunakan untuk keperluan rakyat yang lain,”
pintanya.
Masyarakat diperkenankan untuk melakukan demonstrasi namun
diharapkan tidak merusak fasilitas umum. Bukankah itu amanat dari
konstitusi.
Dalam pasal 6 Undang-Undang No 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum disebutkan, warga negara yang
menyampaikan pendapat di muka umum harus menghormati kebebasan
orang lain, mematuhi moral, mematuhi keamanan dan ketertiban umum.
Perusakan Fasilitas Menjadi Alasan Meminta Anggaran
Kegiatan perbaikan pagar DPR akibat aksi demo massa merupakan hal wajar yang dilakukan Setjen DPR.
Selama ini, Gedung DPR memang menjadi sasaran unjuk rasa masyarakat yang tidak puas terhadap kebijakan pemerintah.
“Tapi, anggaran perbaikan gedung dan fasilitas di DPR itu harus
disesuaikan dengan kebutuhan yang nyata dan bisa
dipertanggungjawabkan,” kata Anggota Badan Urusan Rumah Tangga
DPR, M Arwani Thomafi, akhir pekan lalu.
Perbaikan fasilitas DPR yang rusak mendesak dilakukan. Sebab, selama
ini bila terjadi kerusakan terhadap fasilitas DPR, pihak Setjen
membutuhkan waktu lama untuk memperbaikinya. Akibatnya, beberapa
fasilitas tidak bisa segera digunakan. “Kita hanya berfikir bagaimana
fasilitas umum bisa terjaga dan dimanfaatkan dengan baik. Tidak ada
pikiran untuk membuat perencanaan yang berlebihan.”
Rencana untuk membangun pagar pembatas DPR juga dianggap belum
sangat diperlukan. Pasalnya, pagar yang ada selama ini masih layak
untuk menjaga keamanan DPR. Tapi kalau soal toilet yang merupakan
fasilitas publik, karena tidak hanya untuk anggota dan staf, Badan
Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR memang sering mengeluhkan lambatnya
perbaikan toilet dan fasilitas lain yang rusak di komisi dan fraksi.
“Semestinya, segera diberlakukan mekanisme anggaran kecil yang
bisa tunjuk langsung, sehingga bila ada toilet rusak tidak dibiarkan
berbulan-bulan.”
Aksi Tolak Kenaikan BBM Jasa Marga Merugi 1,5 Miliar
Hasanudin, Direktur Operasional Jasa Marga
Tidak hanya DPR yang dirugikan akibat aksi unjuk rasa massa
perangkat desa pada akhir tahun lalu, PT Jasa Marga pun juga demikian.
Akibat aksi demonstrasi itu PT Jasa Marga mengklaim mengalami kerugian ratusan juta.
“Total kerugian mencapai Rp 420 juta yang terdiri atas jumlah
kendaraan lalu lintas yang masuk dan kerusakan pagar pembatas
sepanjang 800 meter. Saya tidak mengira jika demonstrasi para kepala
desa bisa sejauh ini.”
Sebelum aksi tersebut terjadi, pihak Jasa Marga sebenarnya telah
mendapat informasi. Makanya sudah melakukan penyiapan petugas sesuai
prosedur. “Tapi demonstrasi aparat desa malah lebih anarkis dari
unjuk rasa buruh.”
Kerugian akibat aksi jalanan itu bukanlah kali pertama yang
dirasakan PT Jasa Marga, dalam aksi penolakan kenaikan harga BBM pada
Maret 2012 malah sampai menelan kerugian sekitar Rp 1,5 miliar. Nilai
kerugian itu dihitung dari penutupan masuk jalan tol selama 8 jam
senilai Rp 1,2 miliar dan akibat perusakan pagar dan marka senilai Rp
300 juta.
“Tindakan anarkis itu mengganggu lalu lintas sangat merugikan masyarakat pengguna jalan dan negara.”
Boros Salah Satu Ciri Perilaku Korupsi
Uchok Sky Khadafi, Koordinator Advokasi dan Investigasi FITRA
Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA) tidak meyakini
perbaikan kerusakan pagar DPR akibat demonstrasi pada tahun lalu hanya
menghabiskan Rp 280 juta.
Pasalnya, selama ini Setjen DPR tak pernah transparan
mengungkapkan anggaran operasionalnya setiap tahun. “Kami menduga
ada yang ditutupi. Nilainya bisa jadi lebih besar dari itu.”
Apalagi bukan sekali ini saja FITRA mengkritik proyek DPR, sebelumnya
proyek pengerjaan di DPR yang proses lelangnya dilakukan akhir tahun
lalu juga dikritisi. Proyek-proyek itu antara lain penggantian pagar
batas gedung DPR dengan Taman Ria Senayan sekitar Rp 1 miliar. Proyek
renovasi toilet Gedung Nusantara I DPR sekitar Rp 1,4 miliar, serta
perbaikan ruang kerja anggota DPR di Gedung Nusantara I DPR dengan
nilai proyek sekitar Rp 6,2 miliar.
Tahun lalu Setjen DPR memperoleh anggaran sebesar Rp 778,8 miliar.
Rinciannya, anggaran untuk peralatan dan fasilitas perkantoran
sebesar sebesar Rp 10,1 miliar, pemeliharaan dan penatausahaan
sarana dan prasarana gedung sebesar Rp 244,1 miliar, pemeliharaan
gedung dan taman sebesar Rp 8 miliar.
Ada juga pemeliharaan rumah jabatan anggota dan wisma
peristirahatan DPR sebesar Rp 3 miliar, pengoperasional dan
pemeliharaan instalasi, mekanikal dan elektrikal sebesar Rp 57,2
miliar, layanan perkantoran sebesar Rp 175,7 miliar.
“Besarnya alokasi anggaran itu sangat tidak sesuai dengan tugas dan fungsi dan program Kesetjenan DPR.”
Setjen DPR semestinya memberikan contoh pengelolaan keuangan yang
bagus terhadap kementerian dan lembaga negara lain, bukannya malah
menghambur-amburkan uang negara. “Kalau setjen boros, berarti tidak
bisa menjadi tauladan bagi lembaga negara lainnya.
Menghambur-hamburkan uang negara adalah salah satu ciri-ciri perilaku
korup. Lebih baik alokasi anggaran Setjen DPR dipotong saja. “ [Harian
Rakyat Merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar