Elza Astari Retaduari - detikNews
Jakarta - Ada kabar yang meyatakan Indonesia bekerjasama dengan
Central Intelligence Agency (CIA) terkait rencana pemerintah membentuk
Badan Cyber Nasional. Apakah benar demikian?
Badan Cyber Nasional
akan dibentuk untuk memperkuat sektor pertahanan negara. Isu kerjasama
dengan CIA menyebutkan Badan Cyber akan mengawasi arus komunikasi warga
lewat sistem Big Data yang dirumorkan akan mampu menyedot pembicaraan
pribadi di aplikasi WhatsApp, Blackberry Messenger (BBM) dan program
pengiriman pesan instan serta jejaring sosial lainnya.
"Nggak
ada. Belum ada (kerjasama dengan CIA)," tegas Panglima TNI Jenderal
Gatot Nurmantyo di Gedung Kementan, Ragunan, Jaksel, Rabu (26/8/2015).
Mengenai
pembentukan Badan Cyber Nasional sendiri, kata Gatot, perencanaan sudah
dilakukan jauh-jauh hari. Pada setiap matra di TNI pun sudah dibentuk
kesatuan khusus yang menangani pertahanan dari segi cyber.
"Itu
sudah lama ada (persiapan Badan Cyber Nasional). Kalau matra cyber (di
TNI) itu nggak ada. Matra itu AU, AD, AL. Tapi di masing-masing itu ada
(yang menangani permasalahan cyber)," tutur Gatot.
Sebelumnya,
isu kerjasama Indonesia dengan CIA juga sudah dibantah oleh Kepala Staf
Presiden Luhut Pandjaitan. Pria yang juga merangkap jabatan sebagai
Menkopolhukam tersebut menyatakan isu sedot data tidak signifikan.
Pasalnya
Big Data sendiri merupakan istilah umum untuk himpunan data dalam
jumlah besar, rumit, dan tidak terstruktur. Sehingga sulit ditangani
kalau hanya menggunakan manajemen basis data.
"Jadi tidak
nyambung dengan isu sedot data. Justru pembangunan cyber sekuriti
nasional ini dimaksudkan untuk menangkis serangan, khususnya dari luar
yang bisa memperlemah bangsa. Sistem cyber yang akan dibentuk bukan
malah untuk memata-matai warga negara sendiri," jelas Luhut dalam
keterangan tertulisnya, Minggu (23/8).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar