Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Kamis sore kembali bergerak melemah sebesar 24 poin
menjadi Rp13.866 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.842 per
dolar AS.
"Meski the Fed memberi sinyal penundaan untuk menaikan suku
bunganya, namun investor masih tetap memburu dolar AS dikarenakan
prospek ekonomi Amerika Serikat dinilai lebih baik dibandingkan negara
maju lainnya sehingga membuat investor merasa nyaman memgang mata uang
Negeri Paman Sam itu," ujar Analis pasar uang dari Bank Mandiri, Reny
Eka Putri di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, di tengah kondisi ekonomi global yang cenderung
melambat, aset dalam mata uang dolar AS dinilai lebih baik dibandingkan
instrumen lainnya. Dolar AS dianggap baik karena dapat menjaga nilai
aset investor agar tidak tergerus.
Ia menambahkan bahwa sentimen dari dalam negeri juga belum ada yang
mendukung untuk mendorong nilai tukar rupiah kembali ke area positif.
Data ekonomi Indonesia yang dirilis pada bulan ini juga tidak sesuai
dengan harapan pasar.
"Ekonomi Indonesia triwulan II 2015 ini melambat menjadi sebesar
4,67 persen dibandingkan capaian triwulan II 2014 yang tumbuh 5,03
persen. Selain itu, kinerja ekspor-impor Indonesia juga belum cukup
posiif," katanya.
Kendati demikian, menurut Reny Eka Putri, penguatan dolar AS
cenderung mula terbatas, diperkirakan the Fed akan menjaga dolar AS agar
tidak meningkat terlalu tinggi karena dapat mengganggu sistem
keuangannya.
"Penguatan dolar AS yang terlalu tinggi dapat menahan kinerja
ekspor Amerika Serikat yang nantinya dapat menahan laju ekonominya,"
katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis
(20/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.838
dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.824 per dolar AS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar