BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 25 Mei 2011

DPR Minta Proyek CRM Dilakukan Transparan

RMOL.PT Telkomsel Tbk kembali digoyang isu proyek customer relationship management (CRM) senilai Rp 1,8 triliun. Proyek data base pelanggan itu dikabarkan mau diserahkan ke salah satu perusahaan information technology (IT) berbendera Israel, Amdocs.
Padahal, bisnis teknologi dan telekomunikasi harus mem­per­tim­bangkan aspek politik, ke­amanan negara, dan kepentingan publik.
Anggota Komisi VI DPR  Lili Asdjudiredja menyayangkan jika proyek tersebut dikerjakan pihak asing. Telkomsel diminta untuk transparan dalam proyek crm.
“Pe­ru­­sahaan apa saja yang ikut tender. Apakah lokal atau pe­ru­sahaan asing yang notabene berafiliasi ke Israel,” kata Lili di Jakarta, kemarin.
Komisi VI DPR tidak setuju, jika perusahaan asing menger­ja­kan proyek itu. Dewan lebih se­tuju jika proyek CRM diserahkan ke  pihak lokal. Selain tak kalah he­­bat di­banding perusahaan asing, lokal juga diyakini mam­pu me­nangani proyek tersebut.
”Pengembangan CRM oleh Tel­komsel cukup baik sebagai penguatan layanan kepada ma­syarakat. Hanya saja, jangan sam­pai proyek strategis ini di­kuasai pihak asing dan bisa mem­ba­hayakan stabilitas indus­tri tele­komunikasi di Republik ini. Kita harus belajar dari kasus Indosat,” tegas Lili.
Proyek CRM dimulai sejak ak­hir tahun 2010. Perusahaan IT terbaik kelas dunia seperti Ora­cle, IBM dan SAP ikut bersaing dalam proyek profil pelanggan ter­sebut. Namun, ada dugaan kepentingan dari petinggi Tel­kom­sel untuk kembali mengu­sung Amdocs sebagai pemenang.
Kiprah Amdocs dalam pem­bangunan telekomunikasi rupa­nya tidak asing lagi buat Tel­komsel. Pada awal tahun lalu, Am­docs juga pernah meme­nangi proyek sistem pembayar­an atau billing system senilai Rp 1,2 tri­liun. Sayangnya, pro­yek itu di­kabarkan belum juga dija­lankan. Kini, Amdocs kem­bali akan di­usung Telkomsel dalam proyek CRM.
Menanggapi hal itu, Lili ber­harap Telkomsel selaku BUMN tidak gegabah. Telkomsel disa­rankan memprioritaskan pihak lokal seiring program kemitraan BUMN yang dicanangkan Me­neg BUMN. Oleh karena itu, Ko­misi VI DPR mau memanggil jajaran direksi Telkomsel untuk dimintai penjelasan. ”Dalam wak­tu dekat, kami akan meng­agen­dakannya,” tegasnya.
Anggota Komisi I DPR Roy Suryo  menyatakan, berisiko jika Amdocs ikut proyek, karena me­reka langsung bersentuhan de­ngan pelanggan Telkom­sel.
”Kalau CRM sangat berbeda dengan billing system. CRM si­fatnya lebih strategis karena ber­sentuhan dengan sistem la­yanan dan pelanggan,” ujarnya.
Menurutnya, Amdocs adalah perusahaan IT berbendera Israel dan faktanya tidak bisa dibantah. Dalam laporan ke­ua­ngan Am­docs tahun 2009 disebutkan bah­wa 100 persen saham Am­docs Inc. yang ber­domisili di Missou­ri, AS, dimiliki Amdocs Ltd. yang bermarkas di Rana, Israel.
Di AS, Amdocs Inc hanya ber­peran sebagai prin­cipal operating subsidiaries atau anak perusaha­an operasional Am­docs Ltd di Is­rael. Dalam konteks ini, lanjut­nya, Tel­kom­sel seha­rus­nya me­nge­depankan kenyataan bahwa pe­merintah RI dan Israel be­lum pu­nya hubu­ngan diplomatik.
Vice Presiden Busi­ness Con­trol Telkomsel Herfini Haryono me­ngatakan, tender pro­yek CRM pe­lang­gan belum dipu­tuskan dan masih dalam proses kualifikasi. “Awal Juli, tender itu mungkin bisa diram­pungkan,” kata Herfini saat saat dihu­bungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Ia juga membantah jika Tel­komsel akan mengusung kembali Amdocs sebagai pemenang di proyek itu. “Itu tidak benar. Tak hanya Amdocs yang ikut dalam tender, lokal pun ada. Semua berkualitas,” kata Herfini. [RM]

Tidak ada komentar: