RMOL.PT Telkomsel Tbk kembali digoyang isu proyek customer relationship management (CRM) senilai Rp 1,8 triliun. Proyek data base pelanggan itu dikabarkan mau diserahkan ke salah satu perusahaan information technology (IT) berbendera Israel, Amdocs.
Padahal, bisnis teknologi dan telekomunikasi harus mempertimbangkan aspek politik, keamanan negara, dan kepentingan publik.
Anggota Komisi VI DPR Lili Asdjudiredja menyayangkan jika proyek tersebut dikerjakan pihak asing. Telkomsel diminta untuk transparan dalam proyek crm.
“Perusahaan apa saja yang ikut tender. Apakah lokal atau perusahaan asing yang notabene berafiliasi ke Israel,” kata Lili di Jakarta, kemarin.
Komisi VI DPR tidak setuju, jika perusahaan asing mengerjakan proyek itu. Dewan lebih setuju jika proyek CRM diserahkan ke pihak lokal. Selain tak kalah hebat dibanding perusahaan asing, lokal juga diyakini mampu menangani proyek tersebut.
”Pengembangan CRM oleh Telkomsel cukup baik sebagai penguatan layanan kepada masyarakat. Hanya saja, jangan sampai proyek strategis ini dikuasai pihak asing dan bisa membahayakan stabilitas industri telekomunikasi di Republik ini. Kita harus belajar dari kasus Indosat,” tegas Lili.
Proyek CRM dimulai sejak akhir tahun 2010. Perusahaan IT terbaik kelas dunia seperti Oracle, IBM dan SAP ikut bersaing dalam proyek profil pelanggan tersebut. Namun, ada dugaan kepentingan dari petinggi Telkomsel untuk kembali mengusung Amdocs sebagai pemenang.
Kiprah Amdocs dalam pembangunan telekomunikasi rupanya tidak asing lagi buat Telkomsel. Pada awal tahun lalu, Amdocs juga pernah memenangi proyek sistem pembayaran atau billing system senilai Rp 1,2 triliun. Sayangnya, proyek itu dikabarkan belum juga dijalankan. Kini, Amdocs kembali akan diusung Telkomsel dalam proyek CRM.
Menanggapi hal itu, Lili berharap Telkomsel selaku BUMN tidak gegabah. Telkomsel disarankan memprioritaskan pihak lokal seiring program kemitraan BUMN yang dicanangkan Meneg BUMN. Oleh karena itu, Komisi VI DPR mau memanggil jajaran direksi Telkomsel untuk dimintai penjelasan. ”Dalam waktu dekat, kami akan mengagendakannya,” tegasnya.
Anggota Komisi I DPR Roy Suryo menyatakan, berisiko jika Amdocs ikut proyek, karena mereka langsung bersentuhan dengan pelanggan Telkomsel.
”Kalau CRM sangat berbeda dengan billing system. CRM sifatnya lebih strategis karena bersentuhan dengan sistem layanan dan pelanggan,” ujarnya.
Menurutnya, Amdocs adalah perusahaan IT berbendera Israel dan faktanya tidak bisa dibantah. Dalam laporan keuangan Amdocs tahun 2009 disebutkan bahwa 100 persen saham Amdocs Inc. yang berdomisili di Missouri, AS, dimiliki Amdocs Ltd. yang bermarkas di Rana, Israel.
Di AS, Amdocs Inc hanya berperan sebagai principal operating subsidiaries atau anak perusahaan operasional Amdocs Ltd di Israel. Dalam konteks ini, lanjutnya, Telkomsel seharusnya mengedepankan kenyataan bahwa pemerintah RI dan Israel belum punya hubungan diplomatik.
Vice Presiden Business Control Telkomsel Herfini Haryono mengatakan, tender proyek CRM pelanggan belum diputuskan dan masih dalam proses kualifikasi. “Awal Juli, tender itu mungkin bisa dirampungkan,” kata Herfini saat saat dihubungi Rakyat Merdeka, kemarin.
Ia juga membantah jika Telkomsel akan mengusung kembali Amdocs sebagai pemenang di proyek itu. “Itu tidak benar. Tak hanya Amdocs yang ikut dalam tender, lokal pun ada. Semua berkualitas,” kata Herfini. [RM]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar