Nusa Dua (ANTARA News ) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, Gerakan Non Blok (GNB) bukanlah sekedar gerakan moral, melainkan sebuah gerakan nyata yang bisa berperan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dunia.

"Tidak cukup bagi kami hanya menjadi gerakan moral semata," kata Yudhoyono saat menyampaikan pidato pembukaan Konferensi Tingkat Menteri ke-16 GNB di Nusa Dua, Bali, Rabu.

Kepala Negara menekankan perlunya komitmen untuk menggunakan pendekatan damai dan komunikasi yang saling menguntungkan dalam menyelesaikan berbagai permasalahan.

Gerakan Non Blok, kata presiden, harus menjadi bagian dari solusi setiap masalah yang terjadi dalam tatanan dunia baru saat ini.

"Setiap organisasi internasional harus beradaptasi dengan tatanan global," katanya.

Menurut Yudhoyono, saat ini masih terdapat berbagai "titik panas" atau permasalahan di muka bumi. Permasalahan itu antara lain adalah persaingan dan konflik atas dasar sumber daya alam, ketakutan terhadap Islam, konflik Israel-Palestina, serta permasalahan nuklir.

Presiden menegaskan, GNB masih relevan untuk mengatasi berbagai masalah tersebut. Oleh karena itu, pembaruan visi bersama organisasi tersebut mutlak dilakukan.

Hal itu dibenarkan oleh Staf Khusus Presiden bidang Hubungan Luar Negeri Teuku Faizasyah. Dia menyatakan, Gerakan Non Blok masih tetap relevan dalam situasi dunia saat ini.

"Sebagai sebuah gerakan, forum ini masih sangat relevan," katanya ketika ditemui saat mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerja di Nusa Dua, Bali.

Faizasyah menegaskan, tanda bahwa GNB masih relevan adalah jumlah negara anggota yang terus bertambah.

"Jumlah keanggotaan gerakan ini meningkat meski perang dingin sudah berakhir," katanya.

Selain itu, relevansi GNB juga bisa dilihat dari semangat para pejabat negara anggota dalam menghadiri Konferensi Tingkat Menteri di Bali.

Menurut Faizasyah, 120 negara anggota GNB menyatakan dukungan terhadap pelaksanaan KTM di Bali. Sebanyak 75 menteri dari negara anggota tersebut hadir dalam konferensi.

Dia menjelaskan, GNB sebagai gerakan moral juga sangat dibutuhkan. Faizasyah mencontohkan, GNB bisa menjadi poros yang mempunyai kekuatan dalam PBB untuk memperjuangkan kepentingan negara berkembang.

Presiden berada di Nusa Dua untuk menghadiri sekaligus membuka KTM ke-16 GNB.

KTM ke-16 GNB diawali dengan Pertemuan Pejabat Senior (Senior Officials Meeting/SOM). Pertemuan Pejabat Senior itu berlangsung tertutup yang kemudian dilanjutkan dengan rapat komite untuk membahas masalah politik, ekonomi dan sosial.

Pelaksanaan KTM ke-16 ini memiliki keistimewaan karena bertepatan dengan 50 tahun berdirinya GNB. Tema yang diangkat dalam KTM kali ini adalah "Shared Vision on the Contribution of NAM for the Next 50 Years".

KTM GNB mengundang partisipasi Menteri Luar Negeri dari negara anggota dan dua negara anggota baru yakni Fiji dan Azerbaijan. Selain itu juga turut hadir negara pengamat, negara tamu, organisasi tamu dan organisasi pengamat.

KTM ke-16 akan menghasilkan dokumen akhir yang merupakan pemutakhiran terhadap hasil KTT GNB di Sharm El Sheik, Mesir, serta deklarasi mengenai Palestina. Selain itu juga akan dihasilkan "Bali Commemorative Declaration".
(F008)