BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 12 Oktober 2015

Nilai Tukar Rupiah Menguat, Harga Emas Batangan Turun

Jpnn
SURABAYA - Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berimbas pada penurunan harga emas batangan. Pada Sabtu (10/10) harga emas batangan PT Antam Tbk di Surabaya turun Rp 15.000 menjadi Rp 527 ribu per gram. Warga masyarakat yang berinvestasi emas pun bertambah.
Namun, turunnya harga tersebut tidak signifikan. Mengingat, harga emas dunia selama beberapa hari ini terus naik.
''Dalam sebulan ini, investasi emas cukup bagus perkembangannya. Waktu harga emas turun, orang lebih banyak yang tertarik beli emas,'' kata Deputi Bisnis PT Pegadaian Wilayah Surabaya Hakim Setiawan kemarin (11/10).
Hakim yang membawahi wilayah Jatim itu menyebutkan, tren harga emas memang bisa turun, namun pasti kembali naik dan mendatangkan imbal hasil yang positif. Menurut dia, kalangan menengah ke bawah masih sangat lekat dengan kebiasaan berinvestasi emas.
''Tabungan emas yang minimal saldonya Rp 5 ribu itu selama dua bulan terakhir sudah punya 2.500 nasabah,'' ucapnya. Padahal, tabungan emas baru diluncurkan akhir Agustus 2015. Tabungan tersebut menyasar investor dan kalangan middle low.
Hakim menargetkan akhir tahun ini ada 15.000 nasabah tabungan emas. Pihaknya optimistis target itu dapat tercapai. Sebab, konsumennya masih percaya bahwa emas adalah instrumen investasi terbaik.
Turunnya harga emas tidak menyurutkan minat calon nasabah, tetapi justru meningkatkan ekspektasi dan jumlah nasabah.
''Jangan salah, ada juga nasabah yang punya tabungan emas Rp 60 juta. Jadi, ada juga kalangan menengah atas yang investasi emas dengan cara menabung,'' ujarnya. Saat ini dia menuturkan belum menargetkan jumlah emas yang diinvestasikan pada tabungan emas. Perseroan masih fokus pada tahap edukasi.
Jadi, fokus bisnisnya masih pada penambahan jumlah nasabah. Dia memprediksi, tahun depan perseroan baru bisa menargetkan jumlah emas yang diinvestasikan secara lebih riil. Sebab, perseroan masih perlu melihat lebih jauh respons masyarakat terhadap instrumen tersebut. (rin/c15/oki)

Tidak ada komentar: