Jpnn
JAKARTA - Wakil Ketua
Komisi III DPR Benny K Harman mengecam aksi kekerasan yang dilakukan
aparat kepolisian saat membubarkan mahasiswa yang menolak kedatangan
Presiden Joko Widodo ke Pekanbaru, Riau, Selasa (25/11)
Politikus Partai Demokrat itu meminta
aparat kepolisian tidak melakukan pemukulan dalam menjalankan tugasnya.
Apalagi sampai melakukan pembubaran paksa ke dalam musala seperti yang
terjadi di komplek gedung RRI Pekanbaru.
"Kepolisian tidak boleh terlalu eksesif.
Tugasnya melakukan pengamanan. Jadi tidak boleh melakukan kekerasan
dalam menjalankan tugasnya," kata Benny di gedung DPR RI,Jakarta, Kamis
(27/11).
Seperti diketahui, pembubaran paksa yang
dilakukan polisi mengakibatkan Alquran yang menjadi kitab suci kaum
Muslimin berserakan. Selain itu, terekam pula dari gambar bahwa polisi
dengan seragam lengkap dan bersepatu masuk ke dalam tempat salat dan
menginjak sajadah. [Baca: Polisi Serang Mahasiswa di Musala, Alquran Jadi Berserakan]
Benny berharap insiden pembubaran paksa
dan pemukulan oleh polisi terhadap mahasiswa sampai ke dalam musala itu
tidak memicu konflik berkepanjangan antara Polri dengan mahasiswa
apalagi umat Islam.
Untuk itu dia meminta Kapolri Jenderal
Polisi Sutarman maupun Presiden Joko Widodo sekalipun, meminta maaf atas
tindakan anak buahnya itu. "Kapolri bahkan Presiden sampaikan
permohanan maaf ke umat Islam," ujar Benny.
Atas kejadian ini, Benny juga
menyarankan presiden memanggil Kapolri dan jajaran guna diperingatkan.
Sebab kasus kekerasan aparat kepolisian belakangan ini seringkali
terjadi. Jika perlu, Jokowi harus menerapkan revolusi mental di
kepolisian.
Aksi brutal polisi ini juga ikut
disesalkan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Wakil Ketua Umum MUI, Kiai
Haji Ma'ruf Amin mengatakan tindakan korps Bhayangkara itu sudah di luar
batas dan menyakiti umat Islam. [Baca: Aksi Brutal Polisi di Musala, MUI: Ini Sudah Penghinaan]
Namun, tindakan para bintara di lapangan
ini mendapat pembelaan dari Kapolresta Pekanbaru, Kombes Polisi Robert
Harianto Watratan kepada Pekanbaru Pos, Selasa (25/11) mengatakan, anak
buahnya terpaksa membubarkan paksa aksi mahasiswa karena tidak
mengantongi izin.
Perihal penyerbuan yang dilakukan polisi ke dalam musala, Robert mengaku hal itu dilakukan setelah mahasiswa tidak juga kunjung mau bubar. ''Kami sudah memberikan kesempatan mereka untuk salat. Setelahnya kami minta mereka untuk membubarkan diri. Tapi mereka tidak juga keluar-keluar, maka kami bubarkan paksa,'' tegas Robert. (fat/awa/jpnn)
Perihal penyerbuan yang dilakukan polisi ke dalam musala, Robert mengaku hal itu dilakukan setelah mahasiswa tidak juga kunjung mau bubar. ''Kami sudah memberikan kesempatan mereka untuk salat. Setelahnya kami minta mereka untuk membubarkan diri. Tapi mereka tidak juga keluar-keluar, maka kami bubarkan paksa,'' tegas Robert. (fat/awa/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar