Jpnn
SIANTAR - Anggi dan Mely, korban pembantaian yang selamat, kini sudah sadarkan diri, namun masih dirawat intensif di rumah sakit.
Anggi bercerita, saat peristiwa berdarah itu terjadi, dia sempat melawan dengan menendang pelaku yang sedang memegang sangkur.
Begitu sangkur terjatuh, listrik
tiba-tiba padam, hingga pelaku kesulitan mencari sangkurnya. Pelaku pun
menganiaya hanya dengan broti bercahayakan senter.
Kepada Metro Siantar (Grup JPNN), Senin
(24/11), salah seorang kerabat korban yang minta namanya dirahasiakan
mengaku bahwa Anggi telah bercerita kepadanya seperti apa kronologis
kejadian secara detail.
Wanita ini pun merekam seluruh keterangan Anggi dan memperlihatkannya kepada METRO, saat ditemui di RSU Djasamen Saragih.
Dalam rekaman video itu, tampak Anggi
yang memiliki nama lengkap Rimayanti boru Nasution (24) bercerita dengan
suara yang pelan dan terbata-bata. Kondisinya juga tampak masih kritis.
Anggi bercerita, saat itu, Minggu
(23/11) sekira pukul 03.00 WIB dini hari, dia dan kedua saudaranya,
yakni Rose Reza Sitorus (24) dan Saurma Melianty boru Sitorus (17),
tengah tertidur di ruang tengah.
Kemudian, menjelang subuh, ia tiba-tiba
terbangun melihat Budi Alamsyah (35) yang masuk ke rumah, sehingga
mereka sempat saling pandang. Seketika Budi yang saat itu memegang balok
langsung memukulkan balok tersebut ke kepala dan wajah Anggi.
Kemudian, dia memukul kepala Rose Reza
Sitorus (Reza) beberapa kali yang saat itu juga terbangun. Begitu
kuatnya hantaman balok, Reza tak sempat bangkit berdiri dan langsung
pingsan.
Dengan waktu yang cepat, Budi juga
memukul Saurma Melyanty boru Sitorus (Mely). Saat membabi buta, Anggi
memohon kepada Budi agar tidak memukul adiknya. Akan tetapi Budi semakin
beringas dan mencabut sangkur dari pinggangnya.
Walau dalam kondisi sekarat, Anggi
berusaha melakukan perlawanan dan menendang Budi hingga sangkurnya
terjatuh ke lantai. Seketika listrik padam di lokasi itu hingga Budi
kesulitan mencari sangkurnya.
Lalu pelaku menemukan senter dan
menyalakannya, kemudian kembali memukul Reza dan Mely yang sudah tak
berdaya. Saat itu, Anggi juga mengaku sudah tak berdaya dengan posisi
tengkurap dan berpura-pura telah meninggal. Ia pun memegangi tangan
Mely, bermaksud agar Mely jangan bergerak.
Diduga, saat itu Budi yakin kalau ketiga
adik sepupunya itu telah tewas. Budi kemudian pergi setelah mengambil
Hp dan kunci sepedamotor. Beberapa saat kemudian, Anggi mencoba bangkit
dan menyalakan kompor gas untuk penerangan, sebab saat itu suasana
gelap. Dia kemudian mencari kunci cadangan, sebab pelaku mengunci pintu
dari luar.
Pintu berhasil dibuka. Lalu, dengan
kondisi penuh luka dan jalan tertatih, Anggi keluar rumah dan menaiki
tangga menuju jalan besar. Ternyata saat tiba di jalan besar, Budi masih
berada di depan tukang pangkas untuk mengambil sepedamotor Reza.
Reza memang biasanya memarkirkan
sepedamotornya di tempat itu, tidak di dalam rumah, karena jalan ke
rumahnya yang bertangga-tangga.
Anggi pun terkejut. Namun dia tetap
berusaha lari sekuat tenaga ke Markas Bengkel Lapangan (Benglap) TNI "8"
01-44-01 di seberang jalan. Tiba di sana, anggota TNI menolong Anggi
dan membawanya ke Polsek Siantar Barat. Setelah itu ia tidak sadarkan
diri dan kemudian diantar ke ICU RSU Djasamen Saragih.
Saat pihak kepolisian datang ke lokasi
kejadian, Reza sudah tidak bernyawa. Sementara adiknya Mely masih
bernafas dengan kondisi kritis dan langsung dilarikan ke ICU Rumah Sakit
Tiara.
Amatan METRO, kondisi Anggi memang
sangat kritis. Rahangnya tampak terluka dan itu yang menyebabkan Anggi
sangat sulit untuk bicara. "Sakit gigiku," ujar Anggi. Matanya juga
tampak sulit dibuka karena luka memar dan bengkak.
Begitu juga dengan Mely yang ditemui di
ICU RS Tiara, Jalan Menambin Pematangsiantar, yang terlihat masih
kritis. Kepalanya tampak dibalutan perban.
Siswi Kelas III SMKN 1 Jalan Bali ini
pun belum bisa berbicara. Walau sudah sadarkan diri, namun ia tidak bisa
membuka matanya karena bengkak yang cukup besar. (pra/aar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar