Jpnn
Prestasi
Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam memberantas peredaran narkoba di
tanah air patut diapresiasi. Selain mencegah, BNN berhasil membongkar
kasus penyelundupan dan peredaran dengan jumlah barang bukti fantastis.
Prestasi itu tidak bisa dilepaskan dari tim elite yang mereka miliki.
ALLAF DZIKRILLAH, Jakarta
Tatang Arena (bukan nama sebenarnya, Red) mencoret 5 Januari di kalender yang berada di lantai 2 kamar kos di perkampungan nelayan dekat Pelabuhan Dadap, Kota Tangerang. Tanggal tersebut istimewa. Sebab, pada hari itu, anaknya merayakan ulang tahun. Tanggal tersebut juga istimewa karena genap tiga tahun lalu Tatang terpaksa meninggalkan pesta ulang tahun sang anak karena mendapat perintah menyelidiki kasus.
ALLAF DZIKRILLAH, Jakarta
Tatang Arena (bukan nama sebenarnya, Red) mencoret 5 Januari di kalender yang berada di lantai 2 kamar kos di perkampungan nelayan dekat Pelabuhan Dadap, Kota Tangerang. Tanggal tersebut istimewa. Sebab, pada hari itu, anaknya merayakan ulang tahun. Tanggal tersebut juga istimewa karena genap tiga tahun lalu Tatang terpaksa meninggalkan pesta ulang tahun sang anak karena mendapat perintah menyelidiki kasus.
Sambil terus mengarahkan teropong ke
arah pelabuhan tikus tersebut, Tatang mengambil ponsel dan menelepon
handphone istrinya. ”Halo, Bunda, mana adek?” katanya. Sang istri
langsung menyerahkan telepon tersebut ke anaknya yang sedang bersama
teman-temannya merayakan ulang tahun di restoran cepat saji. ”Selamat
ulang tahun ya, Nak. Bagaimana pestanya? Kamu mau dikado apa?” ujarnya.
Sang anak yang kini sudah berusia enam
tahun dengan polos menanyakan kedatangan ayahnya dan mengucapkan selamat
ulang tahun secara langsung. Air mata Tatang bercucuran tanpa disadari.
Dia pun mengalihkan pertanyaan sang anak dengan menanyakan kado-kado
yang diterima dari teman-temannya serta suasana acara. Rongga dadanya
serasa meledak lantaran rasa haru bercampur pengharapan yang dalam.
Pagi itu, tinggal Tatang yang berada di
sana. Padahal, saat berangkat tugas pada 2012, dia bersama satu tim
intelijen BNN. Mereka berangkat untuk mengintai aktivitas sindikat
narkoba asal Guangzhou, Tiongkok. BNN mendapat informasi bahwa sindikat
internasional itu berencana mendaratkan narkoba dengan jumlah besar di
Pelabuhan Dadap. Hanya, waktu persisnya tidak diketahui sama sekali.
Setelah beberapa lama menunggu tanpa
hasil, banyak anggota tim yang meninggalkan tugas tersebut dan beralih
mengerjakan kasus lain yang menumpuk. Tinggal Tatang seorang diri. ”Saat
itu, memang sudah tidak ada petunjuk lagi,” terang pria 34 tahun itu.
Namun, saat hendak menyeruput kopi untuk
mengobati rasa kangen kepada anaknya, Tatang terhenyak karena kapal
yang tidak pernah terlihat di pelabuhan itu menurunkan paket misterius
ke mobil boks. Seorang target yang selama tiga tahun ditunggu terlihat
di kapal tersebut. Dia tampak mengawasi aktivitas pembongkaran paket.
Tatang segera menyambar ponsel dan
menekan nomor atasannya di Tim Penindakan dan Pengejaran (Dakjar BNN)
untuk mempercayai informasi yang diberikan. Dengan logika dan analisis
yang mendalam, Tatang meyakinkan Deputi Pemberantasan BNN Kombespol
Slamet Pribadi (kini Kabaghumas BNN).
Setelah berhasil meyakinkan Slamet, tim
Dakjar BNN dikirim untuk mencegat mobil boks yang telah diidentifikasi
dengan detail oleh Tatang. Penantiannya selama tiga tahun berhasil
dengan gemilang. Dalam mobil boks itu, ditemukan 800 kilogram sabu-sabu
blue ice yang 1 gram seharga Rp 1,7 juta. BNN juga berhasil meringkus
Wong Chi Ping berikut delapan anggota sindikat di pertokoan Lottemart di
Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat.
Wong Chi Ping oleh bandar-bandar narkoba
lokal dijuluki Hongkong Kingpin. Selama 15 tahun, dia mengendalikan
peredaran narkoba di Indonesia dan sejumlah kawasan Asia seperti
Filipina, Malaysia, Thailand, bahkan Australia dan Amerika Serikat.
Kingpin terkenal sangat licin. Dia terus bergerak dengan kecepatan
mengagumkan. Hari ini di Bali, besok di Tarakan, lusanya menghilang.
Salah satu kunci sukses tetap tidak terdeteksi adalah kegemaran
menumpang menginap di rumah penduduk.
Untuk mempersiapkan kedatangan paket
sabu-sabu dari Tiongkok, Wong Chi Ping sengaja menyewa rumah mewah di
Perumahan Citra Garden III, Kalideres, Jakarta Barat. Dia juga membeli
kapal speed boat untuk menurunkan paket dari kapal yang berlabuh di
tengah laut. Wong Chi Ping pun menyewa satu Daihatsu Luxio B 1207 SOQ
yang digunakan untuk membawa barang dari Dadap ke gudang di Kalideres.
Tangkapan tersebut melebihi rekor yang
dicetak pada November 2014 sebesar 140 kilogram sabu-sabu. Kinerja BNN
itu juga mengundang decak kagum dari Narcotic Bureau of Hong Kong Police
pada 16 Januari lalu.
Slamet mengakui keputusan Tatang untuk
mengintai selama tiga tahun sangat sulit. Sebab, Tatang harus berada
selangkah di depan sindikat yang bermain sangat rapi tersebut. Namun,
standar tinggi seperti itulah yang diterapkan BNN dalam pembentukan tim
elite pemberantasan narkoba. (noe)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar