Nograhany Widhi K - detikNews
Jakarta - Ugal-ugalan, keluar-masuk busway, sopir dan
kenek suka menjejalkan penumpang dalam bus dan sebagainya dilontarkan
pada bus Kopaja AC yang tarifnya lebih mahal Rp 2 ribu ini. Namun, para
penumpang juga memberikan saran selain keluhan. Pemprov DKI, mohon
didengarkan masukan berikut ini.
Berikut beberapa email pembaca
detikcom yang mengeluhkan dan memberikan saran atas bus Kopaja AC yang
diterima, Jumat (8/5/2015):
Lanwei - Lambat Tapi Nyaman Atau Cepat Tapi Celaka
Pertama
kali saya merasakan Naik Kopaja AC itu Jurusan Grogol-Ragunan S13,
waktu itu baru pertama kali beroperasi. Busnya bersih, kondekturnya
ramah, sopirnya juga bersahabat, boleh dibilang sangat nyaman, bebas
pengamen, pengasong dan penjahat. Cuma memang waktu tempuhnya dari
Grogol ke Ragunan waktu itu sampai hampir 3 jam (2 jam 45 menit) karena
jalannya santai dan tidak kebut-kebutan apalagi ugal-ugalan.
Nah
yang terakhir ini sekitar seminggu lalu saya naik Kopaja AC S 602 dari
Ragunan sampai Monas karena Kopaja AC ini lebih mudah ditemui ngetem di
terminal Ragunan, mau naik TranJ ramai dan antre. Ternyata, Kopaja
AC-nya beda jauh dengan Kopaja S13.
Kalau Kopaja S13 kursinya
banyak, nggak tahu ya kalau sekarang, tapi kalau yang S 602 kursinya
sedikit, lebih banyak untuk berdiri. Lalu
kalau untuk pelayanan,
keramahan kondektur masih berimbanglah, terbilang ramah. Tetapi untuk
ketepatan waktu jelas S 602 seng ada lawan. S 602 cukup 1 jam kurang
sampai tujuan sedang S 13, waktu pertama kali saya naik awal awal
operasi bus tersebut hampir 3jam.
Tapi, jangan girang dulu, S 13
lambat tapi santai dan nyaman bahkan aman sampai bisa tidur nyenyak,
sedangkan S 602 supercepat seperti Flash di film, serobot sana-serobot
sini masuk-keluar busway, jadi supercepat, TransJ kalah cepat. Super
sport jantung, saya duduk baris belakang dan depan saya lowong, jadi
harus ekstra hati-hati dan pegangan kuat sama pegangan dekat kaca bus.
Kalau tidak, bisa jatuh terjerembab saat sopir tiba-tiba mengerem
mendadak atau saat pindah jalur melindas separator busway.
Jadinya saya berpikir lagi, pilih mana? Lambat tapi nyaman atau cepat
tapi (bisa) celaka? Kalau sudah begini, lalu apa bedanya Kopaja reguler
sama Kopaja AC? Sama-sama ugal-ugalan, cuma bedanya yang AC nggak ada
pengamen dan penjahat.
Ricky Djen - Suka Ngetem di Jalur Cepat
Kopaja AC yang ugal-ugalan:
1.
Selepas dari jalur TransJakarta (ke arah menteng) naik fly over, Kopaja
AC kejar-kejaran dengan non AC untuk mengambil penumpang di Stasiun
Gondandia.
2. Dari arah Menteng, masuk jalur TransJakarta, Kopaja
non AC sering keluar ke jalur cepat untuk ngetem (bayangkan, NGETEM di
jalur cepat sisi kanan jalur cepat)
3. Masih di Jalan HR Rasuna
Said, sering menaikkan dan menurunkan penumpang di tengah jalan terutama
di 'jalan baru'. Berhenti seenaknya di jalur TransJakarta
Lestari Sinaga - Stiker Nomor Pengaduan Hilang
Saya
ingin berbagi cerita sedikit tentang pengalaman saya menaiki Kopaja P20
AC. Setiap hari saya menggunakan angkutan tersebut untuk pergi ke
kantor dan pulang ke rumah. Yang saya tidak suka dengan P20 AC adalah
ketika jarak bus satu dengan bus lainnya berdekatan dan mereka rebutan
penumpang.
Kadang ada yang nekat menaiki separator busway daerah Pejaten karena
pendek untuk keluar jalur dan mendahului bus di depannya dan menurut
saya itu sangat membahayakan penumpang. Belum lagi ditambah kalau sudah
masuk kawasan Departemen Pertanian dan jika sudah masuk tol lebih parah
lagi. Walaupun tidak ada saingan bus lainnya mereka tetap saja mengebut.
Di beberapa bus Kopaja P20 AC saya sering melihat selebaran
yang ditempel. Selebaran itu berisi nomor pengaduan jika sopir
ugal-ugalan. Tapi tak jarang juga bagian nomor sudah disobek mungkin
oleh sopirnya sendiri.
Mohon diimbau oleh pemerintah untuk
penangan kasus ini. Karena kami pengguna jasa angkutan umum butuh yang
nyaman, dan harga harus sesuai dengan kualitas. Dulu P20 AC tidak begitu
sembrono, sekarang malah tidak ada bedanya dengan supir Kopaja P20 yang
reguler (non AC).
Apriyanti - Ambil Penumpang Sembarangan dan Perbaiki Sistem Tiket
Mungkin
sudah banyak cerita tentang Kopaja AC. Saya adalah penumpang yang
menggunakan Kopaja AC untuk berangkat dan pulang kerja.
Satu yang ingin saya share adalah tentang naik turunnya penumpang di sembarang tempat.
Menurut
saya, ini terjadi karena ada kebutuhan dari penumpang dan ada
kesempatan yang diberikan oleh sopir kopaja. Sistem yang sekarang
berlaku di halte bus TransJakarta membuat penumpang Kopaja harus
membayar 2 kali jika akan menggunakan Kopaja AC dan naik dari halte bus
TransJakarta.
Pertama, pada saat masuk ke halte (Rp 3.500, menggunakan kartu) dan kedua pada saat masuk ke Kopaja (Rp 6.000).
Bagi penumpang yang tidak memiliki kartu untuk membayar tiket masuk
halte bus TransJakarta atau tidak mau membayar 2 kali, akan menunggu dan
naik Kopaja AC di sembarang tempat. Saya yakin, penumpang ini tahu
bahwa hal itu berbahaya bagi dirinya, karena saya beberapa kali melihat
penumpang yang naik dan turun dari sembarang tempat, hampir terserempet
motor.
Sedangkan dari sisi sopir, kalau dia memaksa penumpang
untuk naik dan turun di halte bus TransJakarta, pasti hanya sedikit
penumpang yang mau naik. Karena kebanyakan penumpang pasti tidak mau
rugi harus membayar 2 kali. Hal ini pasti akan berimbas kepada
pendapatan sopir dan kenek Kopaja.
Menurut saya, ini perlu campur
tangan pemerintah atau Organda atau pihak lain yang berwenang. Mungkin
bisa diberlakukan lagi sistem tiket Kopaja seperti sebelumnya, sehingga
penumpang yang akan naik dari halte bus TransJakarta tidak harus
membayar 2 kali, cukup dengan tiket Kopaja. Atau mungkin sistem lain,
yang membuat penumpang bisa naik dan turun di tempat yang seharusnya,
tetapi tidak harus membayar 2 kali.
Ambar - 8 Solusi untuk Kopaja AC
Saya
adalah salah satu penumpang Kopaja AC 602. Terus terang saat di awal
awal keberadaan Kopaja AC 602 sangat bergembira karena memuaskan untuk
publik. Mengubah wajah Kopaja yang dulu kumuh menjadi Kopaja AC 602 ada
rasa bangga dan merasa 'elite'. Ini juga sebenarnya menaikkan martabat
sopir dan kernet Kopaja AC itu sendiri.
Sayang, hal itu tidak bertahan lama, Kopaja AC 602 kembali lagi ke yang dahulu, kumuh, ugal-ugalan dan tidak tahu tahu aturan.
Mulai
dari pintu belakang yang sering terbuka karena untuk menaik-turunkan
penumpang di sembarang tempat, memaksakan tetap menaikkan penumpang
walau sudah penuh dan nggak manusiawi, ngetem sembarangan, berdebu dan
panas karena AC nggak dingin dan pintu sering terbuka, bangku bangku
yang dicopot-copoti, kursi yang tidak nyaman karena kecil dan keras,
kernet yang teriak teriak memanggil penumpang nggak karuan, keluar dari
jalur busway seenaknya, sopir yang ugal-ugalan.
Mungkin beberapa solusi yang bisa dilakukan :
1. Pecat dan Cabut
SIM sopir karena ugal-ugalan dan beri hukuman tidak boleh menyetir
kendaraan apapun selama setahun. Ganti dengan sopir dan kernet yang
bermartabat, dan santun tidak ugal-ugalan.
2. Jika dengan poin 1
tidak berubah juga kelakuannya atau selama setahun ketahuan menyetir,
maka masukkan ke dalam penjara setahun karena yang dilakukan sopir sudah
dalam taraf menganggu keselamatan pengguna jalan
3. Beri penalti
pada pemilik bus Kopaja AC misal dengan membayar sejumlah denda yang
mahal sekali minimal Rp 1 miliar (buang sampah aja didenda) dan ganti
rugi kepada publik yang menjadi korban.
4. Cabut izin trayek selama 10 tahun
5.
Beri dan tambah armada pembanding di jalur yang sama sehingga penumpang
akan beralih ke armada yang tidak kumuh dan tidak ugal-ugalan
6.
Beri penalti pada DLLAJR yang tidak mampu mengatur kendaraan lalu
lintas, ganti kepala dinas atau manajemen terkit dengan bidang public
transportation
7. Ganti dari model setoran menjadi sistem gaji
8. Penalti
pemilik bus jika tidak dapat memelihara fasilitas busnya seperti jika AC
tidak dingin, pintu terbuka selalu, kursi rusak, kursi di cabuti semua.
Semoga Kopaja AC bisa berubah menjadi lebih baik, nyaman dan justru menjaga ketertiban lalu lintas
Cute - Kopaja dan Metro Mini Dihilangkan Saja
Waktu
itu saya pernah naik bus AC ngeselin ini, dari Plaza Kuningan dan
tempat duduknya cuma sedikit padahal waktu saya naik sudah letih sekali
sehabis mencari pekerjaan. Alhasil banyak penumpang yang berdiri, pria
wanita bercampur. Pas di jalan berasa kayak naik komedi putar, diayun
sana-sini, beloknya ngeri.
Baik itu Kopaja AC atau Metro Mini
sebaiknya tolong diusulkan untuk dihilangkan saja, tidak ada untungnya.
Menambah macet iya, dari jauh sekalipun kalau ada bus ini, Kopaja AC
atau Metro Mini, saya sama suami pasti minggir karena jalan cuma mau
diambil sendiri. Ini bukan cuma sekali, seringkali bus TransJakarta yang
saya naiki harus mengalah sama bus ini, yang punya jalur siapa, yang
pakai siapa. Seharusnya tindakannya lebih tegas, entah dicabut SIM-nya
atau benar-benar dipenjara.
Kan konyol sudah ditangkap kok habis
itu masih bisa lepas. Saya memang pernah dengar ada cerita miris
tentang sopir-sopir truk tronton dan bus AKAP, tetapi kalau Kopaja dan
Metro Mini saya kurang tahu. Demi mengejar setoran, kan bus atau truk
mereka dilaju dengan kencang, saat ada motor lewat dan tidak bisa
mengerem mendadak, masa sama yang pakai jasa sewa truk dan bus bilang
"tabrak aja", "lindas aja, sampai mati sekalian, jangan
tanggung-tanggung". Karena kalau tanggung-tanggung, sudah harus
mengganti biaya rumah sakit, bus atau truk, rusak dibakar massa, sopir
dipenjara.
Mungkin karena itulah kalau ada kasus tabrakan bus atau truk begitu,
biasanya meninggal di tempat, karena langsung dilindas, tidak diberi
ampun, atau langsung terseret, sekalipun sopir dipenjara, paling habis
itu ditebus berapa hari juga sudah bebas. Begitu cerita yang saya dengar
dari teman saya yang sering ngumpul sama sopir-sopir truk dan bus.
Willibrordus - Pakai Gaji Bukan Setoran
Sekadar menambahkan keluhan tentang Kopaja AC yang sudah masuk:
1.Kopaja AC sering ugal-ugalan keluar masuk jalur busway (602 & 20)
2.Kopaja
AC 20 sering ngetem di halte Kuningan Timur biarpun di belakangnya ada
lebih dari 1 bus TransJakarta yang sarat dengan penumpang. Dan penumpang
yang berdesakan di halte sebenarnya tidak mau naik Kopaja AC 20 juga.
Sering terjadi keributan antara penumpang TransJakarta di halte Kuningan
Timur dan kondektur Kopaja AC 20
3.Kopaja AC 602 pada jam pulang
kantor suka membawa penumpang melebihi kapasitas bahkan tak jarang
pintu sampai tidak bisa ditutup
Hal ini terjadi karena sistem
Kopaja memakai sistem setoran bukan dengan sistem gaji seperti yang
didengungkan pada saat Kopaja AC mulai diluncurkan
M Faizal - Pakai Sopir yang Sopan
Saat libur
training hari Sabtu di Februari 2012, saya bersama teman-teman
memutuskan untuk liburan ke Ancol. Kami memutuskan untuk naik Kopaja
Sunter-Ancol (nomor trayek rutenya saya lupa). Pengalaman pertama saat
naik Kopaja adalah saya khawatir kalau-kalau di tengah perjalanan
mesinnya jebol (saya setiap hari berjibaku di dunia otomotif, jadi
ngerti mesinlah sedikit-sedikit) karena suara mesinnya yang sangat keras
terdengar.
Selain suara mesinnya yang keras, kondisi tempat
duduknya juga lumayan kotor. Selain itu, perilaku sopirnya juga
ugal-ugalan meskipun saat itu kondisi jalan sangat ramai.
Jadi,
saran untuk Pak Ahok agar Kopaja sekarang yang sudah pakai AC
menggunakan sopir yang jauh lebih sopan dan tidak ugal-ugalan lagi,
apalagi pasca Kopaja AC menabrak pemotor Senin (4/5) lalu. Sekian
pengalaman saya bersama Kopaja non AC 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar