RMOL. Ancaman mogok para
hakim membuat Jimly Asshiddiqie terenyuh. Karena itu, dia mau
memfasilitasi pertemuan dengan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Repormasi Birokrasi (Menpan-RB) Azwar Abubakar.
Rencananya hakim akan mogok awal April lalu, tapi diundur pertengahan
Mei 2012. Sebab, dikhawatirkan demo itu untuk mengalihkan isu atas
rencana kenaikan harga BBM.
Bekas Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie tidak ingin hakim
mogok. Makanya diadakan pertemuan perwakilan hakim 18 orang dengan Azwar
Abubakar di gedung Kemenpan-RB, kemarin.
“Saya ingin tuntutan para hakim direalisasikan, sehingga tidak
terjadi demo. Sebab, sangat memalukan bagi bangsa ini di mata
internasional bila hakim benar-benar demo,’’ kata Jimly Asshiddiqie
kepada Rakyat Merdeka, seusai pertemuan itu, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa upaya ini berhasil?
Saya berharap berhasil. Makanya pemerintah, melalui Menpan-RB bisa
membicarakan masalah ini dengan Menteri Keuangan dan pihak terkait.
Saya juga menghimbau, sebaiknya hakim tidak usah menggunakan
wacana mogok sebagai alat perjuangan karena terminologi demo itu biasa
dipakai orang politik.
Saya juga berharap para hakim ini berhenti berkeliling dari lembaga
satu ke lembaga yang lainnya. Karena tidak bagus jika dilihat pihak
luar negeri. Apalagi, Menpan-RB sudah berjanji akan berusaha
menyelesaikan masalah ini.
Kan tidak bagus jika nenjadi headline di The New York Times bahwa
hakim di Indonesia melakukan demo gara-gara menuntut gaji naik. Ini kan
wajah bangsa kita jadi tidak baik. Saatnya teman-teman hakim kembali ke
daerah masing-masing.
Apa tuntutan mereka diperhatikan bila para hakim itu pulang ke daerah masing-masing?
Saya menyarankan para hakim ini mengutus tim untuk berdialog dengan
Komisi Yudisial (KY), Kemenpan-RB, dan Kemenkeu. Hal ini saya rasa lebih
elegan daripada melakukan demo. Hakim itu terhormat, sehingga tidak
pantas demo.
Bagaimana pandangan Anda terhadap reformasi hukum?
Seharusnya sistem demokrasi tidak hanya mengubah sistem kenegaraannya. Tapi juga mengubah sistem hukum.
Hal tersebut megingat reformasi hukum sudah 13 tahun tidak terurus
dengan baik dan hakim menjadi salah satu elemen yang dilupakan. Tuntutan
yang dilakukan para hakim ini sudah mencapai titik puncak kekecewaan
dan sudah dipendam oleh hakim selama belasan tahun.
Maksud Anda demokrasi tidak akan berguna kalau tidak diimbangi dengan tegaknya hukum?
Ya dong. Demokrasi kita ini tidak akan berguna jika tidak diimbangi
dengan tegak dan terpercayanya hukum diperadilan kita. Inilah kuncinya,
hakim harus dibenahi termasuk mengenai status, kesejahteraan dan lain
sebagainya.
Kasihan hakim ini, mereka jadi sasaran tembak terus padahal posisinya
paling lemah. Karena hakim ini kalau dikritik nggak bisa menjawab,
kalau dipuji juga tidak boleh menikmati.
Status pejabat menurut saya sangat menentukan. Karena hal itu bukan
hanya berkaitan dengan masalah uang dan kesejahteraan. Tetapi soal
kehormatan, harga diri, dan lainnya.
Apa benar kesejahteraan hakim paling rendah jika dibandingkan dengan lembaga lainnya?
Ya. Misalnya saja, kesejahteraan hakim di tingkat Pengadilan Negeri
(PN) dengan Kapolres dan Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) sangat
jauh perbedaannya.
Kalau Kapolres dan Kajari memiliki ajudan dan mobil dinas. Tetapi
kalau jakim di tingkat PN hanya memakai mobil kijang butut. Belum lagi
kalau bicara mafia peradilan yang disalahkan hakim. Kan kasihan.
Apakah ada jaminan jika gaji hakim dinaikkan tidak terjadi jual beli perkara?
Memang tidak bisa dijamin. Tapi itu salah satu elemen yang tidak
boleh dilupakan kalau kita mau membangun demokrasi yang sehat, hukum
harus terpercaya dan tegak.
Apa masih mungkin penerapan hukum amburadul seperti sekarang ini menjadi tegak dan berwibawa?
Ya, mungkin. Asal seluruh sistem harus kita benahi. Termasuk
membenahi elemen hakim yang posisinya sangat strategis. Putusan
peradilan itu ada di tangan hakim.
Kalau hakimnya independen dan tidak bisa dibeli, maka tidak ada lagi
yang menyogok hakim. Kalau hakimnya baik dan bersih, tentu peradilan di
seluruh Indonesia menjadi bersih juga. Hal seperti ini tentu sangat
diidamkan masyarakat. [Harian Rakyat Merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar