RMOL.Ribuan buruh Indonesia
memenuhi jalan-jalan protokol Ibukota dan beberapa kota besar. Mereka
melakukan aksi turun ke jalan. Pengusaha sudah mengamankan produksi agar
tidak merugi.
Dengan begitu, dalam satu hari kemarin buruh banyak yang tidak
bekerja dan perusahaan tempat mereka. Kondisi seperti ini dikhawatirkan
akan merugikan pihak pengusaha.
Sekertaris Jenderal Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky
Sibarani mengatakan, rencana aksi demo ini sudah dipersiapkan selama
satu bulan terakhir. Untuk mengantisipasi, pihaknya sudah meliburkan
beberapa perusahaan.
“Di beberapa kawasan sudah kami infokan sebelumnya. Kalau dilihat
dari perencanaannya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Artinya,
komunikasi antara pengusaha dan pekerja sudah jauh lebih tertib,”
ujarnya saat dikontak Rakyat Merdeka, kemarin.
Franky mengharapkan, aksi buruh ini tidak mengganggu buruh yang
memilih bekerja. Yang bekerja atau pun yang libur, kata Franky, tetap
menyatakan dukungan atas gerakan rekannya tersebut. Mengenai kerugian
yang diakibatkan aksi buruh ini, Franky menjawab, “Aksi mereka (buruh)
tidak menyebabkan kerugian kepada anggota kami.”
Franky pun mengaku mendukung aksi yang dilakukan oleh buruh dalam
memperingati hari buruh sedunia. “Selama hal itu masih dalam hal yang
positif, tidak anarkis dan tidak merugikan orang lain,” ujarnya.
Dihubungi terpisah, pengamat ekonomi Ahmad Erani Yustika menuturkan,
aksi buruh hari kemarin secara umum tidak mempengaruhi perekonomian di
Indonesia. Menurutnya, jumlah buruh yang ikut berdemo tidak sebanding
dengan jumlah buruh di seluruh Indonesia.
“Hal itu tidak signifikan, jadi tidak akan memberikan dampak apa-apa
terhadap ekonomi Indonesia. Sekalipun ada, jumlahnya tidak terlalu
besar. Karena mereka cuma tidak bekerja satu hari. Tidak ada artinya
jika dibanding waktu kerja mereka selama 280 hari dalam setahun,”
terangnya kepada Rakyat Merdeka.
Ia memaklumi tuntutan buruh mengenai upah yang selama ini diberikan
masih kurang dan tidak mencukupi. Hal yang seperti ini, kata dia,
merupakan hal yang wajar dilakukan oleh buruh.
“Akan tetapi, juga harus dilihat dari kondisi perusahaan yang
bersangkutan. Kalau besar maka bisa saja dinaikkan, tapi kalau yang
kecil, malahan buruh bisa dipecat karena perusahaan tidak mampu memenuhi
tuntutan itu,” tukasnya.
Namun ekonom yang juga guru besar dari Universitas Brawijaya Malang
ini meminta pemerintah bisa menekan biaya pengeluaran perusahaan
seperti pungutan liar, income suku bunga yang tinggi dibanding dengan negara lain.
“Itu tugas pokok dari pemerintah. Agar perusahaan mempunyai uang
yang lebih besar supaya bisa digunakan untuk mensejahterakan buruh dan
untuk kepentingan hidup buruh,” sarannya.
Sementara menurut anggota Komisi VI DPR, Muhammad Sohibul Iman, aksi
buruh memperingati ‘May Day’, tidak akan menjadi masalah bagi
industri maupun pemerintah jika dilakukan secara tertib.
Ia menjelaskan, meskipun buruh melakukan aksinya secara besar-besaran
di Jakarta, tidak mempengaruhi sektor industri maupun kinerja
pemerintahan, karena terjadi dalam satu hari.
Seperti diketahui, ribuan buruh di Indonesia setiap tahunnya
melakukan aksi demonstrasi untuk memperingati hari buruh Internasional
Berbagai desakan disampaikan dalam aksi tersebut. Mulai perbaikan
kesejahteraan hingga penghapusan total sistem outsourcing.
Sementara itu, kalangan pelaku pasar memandang positif aksi demo
buruh yang berjalan damai. Hal ini terlihat dari indeks harga saham
gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terkendali alias
menguat tipis. Indeks menguat 15,25 poin dan ditutup di level 4195,98.
Sementara rupiah juga stabil di level Rp 9.193 per dolar AS. [Harian
Rakyat Merdeka]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar