Jpnn
JAKARTA - Menkeu
Bambang Brodjonegoro mengakui bahwa depresiasi rupiah kali ini, cukup
mengkhawatirkan. Dia menyebut, faktor utama pelemahan nilai tukar rupiah
terhadap dolar adalah devaluasi Yuan. Dia membantah jika pelemahan
rupiah tersebut terkait reshuffle.
Terkait devaluasi Yuan, Bambang meyakini, the Fed akan berpikir ulang untuk menaikkan suku bunganya.
Terkait devaluasi Yuan, Bambang meyakini, the Fed akan berpikir ulang untuk menaikkan suku bunganya.
"Devaluasi China malah bisa membuat The
Fed ragu-ragu untuk menaikkan suku bunga. Karena kalau dia menaikkan
tingkat bunga, makin kuat lagi dia terhadap semua mata uang. Dolar makin
kuat itu juga bisa membuat Amerika berpikir dua kali," papar Bambang di
Kompleks Istana Kepresidenan, kemarin.
Mantan Wamenkeu tersebut mengakui, devaluasi Yuan tersebut cukup mengejutkan. Namun, dia memastikan bahwa anggaran negara masih dalam posisi aman, sekalipun terjadi pelemahan yang cukup kuat terhadap rupiah.
Mantan Wamenkeu tersebut mengakui, devaluasi Yuan tersebut cukup mengejutkan. Namun, dia memastikan bahwa anggaran negara masih dalam posisi aman, sekalipun terjadi pelemahan yang cukup kuat terhadap rupiah.
"APBN sih aman ya," katanya. Bambang
mengakui dengan adanya depresiasi rupiah tersebut, pembayaran bunga
utang bakal semakin membengkak.
Namun, hal tersebut masih bisa ditutup dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang juga akan meningkat. Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan BI untuk mengatur gejolak Surat Utang Negara (SUN).
Namun, hal tersebut masih bisa ditutup dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang juga akan meningkat. Karena itu, pihaknya akan berkoordinasi dengan BI untuk mengatur gejolak Surat Utang Negara (SUN).
"Kita juga bisa bersama BI mengatur
gejolak di SUN. Dan tidak harus lewat stabilitation framework dulu. Itu
kan yield-nya sudah pada tingkat tertentu. Jadi kita koordinasi terus,"
imbuhnya.
Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara menambahkan bahwa ada kenaikan di penerimaan dari PNBP, akibat nilai dollar yang menguat. Meski begitu dia mengakui, harga komoditas ekspor Indonesia masih menurun, sehingga perolehan PNBP pun tidak signifikan.
Plt Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Suahasil Nazara menambahkan bahwa ada kenaikan di penerimaan dari PNBP, akibat nilai dollar yang menguat. Meski begitu dia mengakui, harga komoditas ekspor Indonesia masih menurun, sehingga perolehan PNBP pun tidak signifikan.
"Harganya turun tapi nggak ada resiko kepada APBN seperti resiko waktu masih ada subsidi BBM," paparnya. (dee/ken/dim/wir/ gen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar