BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Minggu, 21 Oktober 2012

Indonesia Harus Keluar dari Jebakan Pendapatan Menengah

Jakarta (ANTARA) - Pengusaha sekaligus Ketua Komite Ekonomi Nasional, Chairul Tanjung, mengatakan bahwa Indonesia harus bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah (`middle income trap`) dan menjadi negara berpendapatan tinggi.
"Sejarah memang menunjukkan bahwa banyak negara gagal dalam meningkatkan diri dari kategori dari kelas menengah menjadi tinggi, Indonesia jangan sampai menjadi salah satu negara itu," kata Chairul dalam Temu Akbar Alumni Institut Teknologi Surabaya di Jakarta, Sabtu.
Chairul mengaku bersyukur Indonesia dapat menjadi negara berpenghasilan menengah dengan pendapatan sekitar 3.500 dolar AS perkapita per tahun. Namun untuk menjadi pemain ekonomi kelas dunia, bangsa ini harus berusaha lebih keras lagi.
Menurut Chairul, Indonesia saat ini masih dalam masa transisi dan belum mantap berada di kategori negara berpendapatan menengah. Hal tersebut ditunjukkan dengan data bahwa 38 persen tenaga kerja masih berada pada sektor pertanian.
Meskipun pertanian dapat menyerap tenaga kerja sebesar 38 persen, namun sektor tersebut hanya mampu menyumbang 15 persen produk domestik bruto (PDB).
"Ini menunjukkan bahwa kemiskinan berada pada sektor pertanian," kata dia.
Di sektor industri, meskipun hanya menyerap 13 persen tenaga kerja, sektor itu mampu menyumbang 27 persen PDB. Sementara untuk kategori kerja finansial, jasa, dan properti yang menyerap dua persen pekerja, sumbangan terhadap PDB adalah sebesar tujuh persen.
"Masih kecilnya kontribusi sektor pertanian dan industri terhadap PDB menunjukkan bahwa Indonesia masih belum mantap di kategori negara berpendapatan menengah," kata Chairul.
Data tersebut, lanjut Chairul, juga menunjukkan bahwa Indonesia masih mengandalkan perekonomian berbasis buruh murah dan sumber daya alam sehingga produktifitas sektor pertanian dan industri masih rendah.
Chairul mengatakan, untuk meningkatkan produktivitas kedua sektor tersebut, pemerintah perlu berinvestasi serius di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Dengan penetrasi teknologi maju di sektor pertanian dan industri, produktivitas kedua sektor itu bisa naik 60 persen dan kontribusi terhadap PDB juga meningkat," kata Chairul.
Melalui investasi pada infrastruktur non-fisik tersebut, Chairul yakin Indonesia akan menjadi kekuatan ekonomi nomor lima terbesar di dunia pada 2030. (jk)

Tidak ada komentar: