BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Jumat, 27 September 2013

Inilah Sindiran kepada Jokowi

INILAH.COM, Jakarta - Joko Widodo atau Jokowi disebut-sebut sebagai kandidat calon presiden 2014. Berdasarkan hasil survei beberapa lembaga, baru-baru ini, Gubernur DKI Jakarta itu paling populer.

Setiap gaya, omongan, dan tindakannya selalu mengundang perhatian. Bahkan, orang mirip Jokowi muncul di beberapa iklan televisi.
Jokowi memang menjual, tidak hanya untuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Ia memang "seksi" diperebutkan partai lain dan dibicarakan banyak orang.
Namun, Jokowi tidak lepas dari kritik. Siapa saja yang pernah menyindirnya?

Farhat Abbas

Pengacara Farhat Abbas menyindir kedatangan Jokowi di konser Metallica. Melalui akun twitter @farhatabbaslaw, ia berkicau menanggapi kehadiran Jokowi di konser band rock tersebut pada Minggu 25 Agustus 2013.
“Budaya DKI gak akan pernah besar sekalipun jokowi jadi personil Metalica! Yuk bareng saya! Majukan budaya bangsa! Bukan budaya jokowi!
"Kalo metalica manggung pakai baju betawi itu baru hebat! Dan dibanggakan! Bukan jokowi nonton metalica yg dibanggakan #farhatpresidenRI," tulisnya.
Farhat juga mengkritisi 'blusukan' Jokowi. Menurut dia, untuk saat ini, 'blusukan' bukan cara yang tepat. "Jakarta sejahtera dululah baru gubernurnya blusukan,, kalo blusukan sebelum jakarta sejahtera,, kapan sejahtera nya?" tulis Farhat.


Hatta Rajasa

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Radjasa menyindir Jokowi yang menilai mobil murah bakal membuat kemacetan lalu lintas di Ibu Kota makin akut.
"Sebagai gubernur dia (Jokowi) capek ngurusin jalan yang macet luar biasa seperti ini. Yah kan," ujarnya di kantor presiden, Jakarta, Selasa (17/9/2013).
Hatta akan mendengarkan masukan Jokowi. Menurutnya, spekulasi Jokowi mengenai kemacetan tidak perlu dipertentangkan.
"Jangan kita itu, ada orang memberikan masukan yang baik, langung ditentang. Didengarkan. Pak Jokowi memberikan masukan itu didengarkan, tentu ada sisi baiknya," katanya.

Marzuki Alie

Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DRPR) Marzuki Alie menilai mobil Esemka yang sempat didorong Jokowi sebagai mobil nasional, tidak jauh beda dengan kebijakan mobil murah ramah lingkungan yang kini dikeluarkan pemerintahan saat ini.
"Itu kan (Esemka) hanya nama. Coba ini (mobil murah) kita ributkan. Soal nama kok, just a name ya. Untuk apa arti nama. Mobil nasional (Esemka) semua isinya impor semua," kata Marzuki di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/9/2013).
Marzuki menanggapi pernyataan Jokowi yang menilai mobil murah akan menambah kemacetan di Jakarta. Masyarakat lebih butuh transportasi massal yang murah.
Esemka menyita perhatian masyarakat saat Jokowi mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta. Saat itu, mantan Wali Kota Solo itu memperjuangkan Esemka menjadi mobil nasional.
Mobil Esemka itu pun hilang dari hingar-bingar setelah Jokowi terpilih sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Marzuki berharap Indonesia mampu mengembangkan mobil murah dengan cara membangkitkan industri otomotif . Seluruh bahan baku, teknologi, dan tenaganya berasal dari dalam negeri.

Ruhut Sitompul

Jokowi sering 'blusukan', mengunjungi warga dan melihat langsung situasi di lapangan.
Bagi Ketua DPP Bidang Kominfo Partai Demokrat Ruhut Sitompul, blusukan ala Jokowi tersebut hanya pencitraan semata. "Pencitraan saja, kasihan Jakarta," sindir Ruhut, di Jakarta, Rabu (24/10/2012).
Menurut dia, pencitraan ala Jokowi ini tidak akan lama. Masyarakat akan tahu bahwa tidak ada yang bisa dilakukan oleh Jokowi. "Kita tunggu satu tahun nanti, kita tunggu tanda-tandanya," lanjut Ruhut.
Lanjut anggota Komisi III DPR ini, mengurus Jakarta bukanlah perkara mudah. Fauzi Bowo saja, yang sebelumnya ahlinya, hampir tidak mampu mengurus Jakarta. "Ahlinya saja pusing, apalagi bukan ahlinya, bisa teler itu. Biarkan saja dulu kita tunggu buktinya," jelasnya.

Amien Rais

Saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2013), politikus Partai Amanat Nasional Amien Rais menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Kesamaannya, menurut Amien, mereka dipilih karena populer.
Menurutnya, Estrada terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina. Namun, kata Amien, ia hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.
"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.
Ia berharap Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014 hanya karena popularitasnya. "Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," kata Amien.
Amien mengungkapkan, saat dipimpin Jokowi, Solo merupakan salah satu kota termiskin di Jawa Tengah. Jokowi pernah menjadi Wali Kota Solo selama hampir dua periode, sebelum memutuskan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.







Tidak ada komentar: