BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Senin, 30 September 2013

Tiga Komunitas Cerdik di Dunia Maya

VIVAlife - Di tengah kejamnya macet lalu lintas Jakarta, siapakah yang Anda percaya buat mendapat tumpangan? Di jejaring sosial twitter, kerap muncul pesan seperti ini:

"@agus: PGC-Univ Budi Mulia/ today jam 08.00/ via kemang-kebayoran-cipulir/1 seat motor helm/share perasaan #BeriTebengan."

Itu bukan sekadar kicauan biasa. Si pengirim sedang menawarkan tumpangan buat siapa saja yang ingin duduk di boncengan motornya. Tentu, informasi itu menjadi penyelamat bagi yang tercekik oleh jam-jam macet di Ibukota. Lalu apa maksudnya "share perasaan" itu? Jangan salah duga. Itu artinya Anda bisa menumpang gratis. Yang penting ngobrol, dan saling berbagi cerita.

Inilah keajaiban twitter. Bagi warga urban yang sibuk, dan nyaris tak sempat bersosialisasi dengan sesama, lalu media sosial itu menjadi penyelamat tali silaturahmi. Dari sekadar curhat, media sosial telah jadi peranti ampuh buat berbagi info penting dengan sesama. 

Sosiolog Roby Muhamad, mengatakan media sosial berhasil mempopulerkan tradisi warga sejak zaman dulu: bergaul akrab dengan kerabat atau kenalan. "Teknologi itu sifatnya mempermudah kehidupan," ujar Roby. Maka, media sosial di Internet pun menjadi ajang  memperketat relasi sosial. 

Dengan kemudahan akses lewat teknologi informasi itu maka terbentuklah beragam kerumunan: komunitas dari orang-orang yang berbagi kesamaan pandangan, atau minat. "Intinya adalah ngumpul. Sama seperti jaman dulu biasanya orang ngumpul di warung kopi kemudian membuat perkumpulan," ujar Roby.

Di tengah kegersangan silaturahmi antar warga perkotaan, maka komunitas di jejaring sosial menjadi sebuah kebutuhan. Dengan cerdik mereka menyiasati aneka keterbatasan ruang serta fasilitas kota. Dari soal mencari dan menawarkan tumpangan, sampai berkumpul untuk olahraga bersama. Atau sekadar mencari alternatif aktivitas bermutu di akhir pekan.

Simak kisah sejumlah komunitas cerdik di twitter, yang berujung pada aksi nyata: cari tebengan gaya @nebengers, Yoga gembira @SocialYogaClub, dan kegiatan akhir pekan @wikentanpamall. 

Solusi Aman @nebengers

Sesuai namanya @nebengers, komunitas ini dibentuk untuk mewadahi kegiatan memberi atau mencari tumpangan kendaraan. Para anggotanya bebas saja mengunggah info tebeng menebeng.

Untuk kejelasan informasi, baik pemberi dan pencari tebengan menyertakan: tujuan perjalanan, keterangan waktu, rute perjalanan, jumlah tempat duduk, dan timbal balik tebengan. 

Sebut saja "share perasaan" seperti tweet di atas. Share perasaan yang dimaksud adalah, orang yang sekiranya akan menumpang tidak perlu membayar apapun alias gratis. Cukup sebagai teman berbincang selama perjalanan. 

Tak melulu membagi perasaan, penumpang atau penebeng juga boleh berbagi uang bensin, minuman, makanan, pembayaran tol jika mereka menggunakan mobil, atau juga berbagi ongkos taksi jika menggunakan taksi.

Kelahiran akun @nebengers ini tentu saja memudahkan mobilitas, terutama bagi mereka yang tidak memiliki kendaraan pribadi, atau juga punya dan ingin berbagi. Dan satu lagi: punya kendaraan pribadi tapi sudah jemu dengan kemacetan.
Ini juga yang terjadi pada Andreas Aditya, si pencetus akun nebengers.

"Awalnya ide mendirikan @nebengers datang saat saya sendirian berada di tengah kemacetan Jakarta. Saya kepikiran gimana caranya bisa ninggalin kendaraan di rumah dan nebeng orang lain yang searah dengan tempat tujuan saya,"  ujarnya saat ditemui VIVAlife di kawasan Semanggi, Jakarta.

Pria yang biasa dipanggil Eas ini kemudian mencetuskan rasa melalui twitter. Tak disangka, ia mendapat tanggapan positif dari pengikutnya. Beberapa saat meramu ide, ia dibantu dua temannya Stefany Putri dan Putri Sentanu lalu melahirkan akun resmi @nebengers pada 7 Desember 2011. Lihat videonya di sini.

Menurut Andreas, twitter merupakan sarana paling mudah untuk menyebarkan informasi. Ia menggambarkan dunia maya seperti perkotaan, dan akun nebengers ini sebagai sebuah terminal yang menampung para penjelajah. 

Awalnya akun ini hanya memiliki tiga pengikut yang tak lain adalah pendirinya itu sendiri. Tapi seiring berjalannya hari, pengekornya semakin bertambah. Permasalahan pun muncul. Mereka memiliki domisili berbeda. Sebagai solusi Andreas, dan dua rekannya lalu membagi rute berdasarkan distrik untuk memudahkan pola perjalanan.  Distrik itu meliputi Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Cibubur, Cinere dan enam distrik lainnya. 

Aman?

Masalah lainnya, soal keamanan. Banyak yang masih takut dengan transaksi tebeng menebeng ini. Wajar, mengingat tingkat kriminalitas di Jakarta dan sekitarnya tergolong tinggi.  

Mengenai hal itu, Andreas punya cara membangun kepercayaan pada orang yang bahkan belum dikenal. "Kami punya tim khusus yang memantau akun twitter calon penebeng dan pemberi tebengan. Dilihat dulu dari jumlah tweet, jumlah followers dan cara berbicara di twitter," dia menambahkan.

Ia pun menganalogikan dengan joki 3in1. Kalau kebanyakan dari kita berani menepi untuk menyewa joki, mangapa tidak berani memberi tebengan pada orang-orang yang lebih membutuhkan. Menurutnya, cara tebeng menebeng ini sedikit banyak juga mengurangi membeludaknya kendaraan penyebab kemacetan. 

"Kami juga melakukan kopi darat lebih dulu agar ke depannya aktivitas tebeng menebeng bisa lebih nyaman karena sudah saling mengenal, saking seringnya berkumpul, kami jadi semacam komunitas," ucapnya.

Dengan cara ini, terbukti pengikut @nebengers semakin banyak. Followers-nya tercatat lebih dari 33 ribu orang yang mayoritas adalah para karyawan berusia 20 hingga 35 tahun.

Canggih

Tak Cuma fasilitas berbagi informasi melalui twitter, komunitas ini juga baru saja meluncurkan aplikasi mobile nebengers. Aplikasi ini dapat diunduh di platform android. Tujuannya tak lain untuk mempermudah para anggota melakukan kegiatan tebeng menebeng. 

Dalam aplikasi tersebut, para anggota harus membuat akun terlebih dahulu, dengan menyertakan identitas lengkap.

Aplikasi ini juga menyertakan parameter kepercayaan bagi pemberi tebengan, yang diisi oleh para penebeng. Semacam pemberian rating. Selain itu juga rute perjalanan yang memudahkan  anggota mencari informasi tebengan terdekat atau searah dengan tempat tujuannya.

Rencana ke depan, komunitas yang juga didukung oleh Kementerian Perhubungan ini akan melakukan kegiatan sosialisasi untuk menyadarkan masyarakat akan manfaat berbagi kendaraan.

"Manfaat yang didapat dengan tebeng menebeng ini banyak sekali seperti menambah teman, mengurangi biaya transportasi sehari-hari hingga memperluas jaringan bisnis," jelasnya. 

Tak hanya itu, Andreas juga mengatakan bahwa komunitasnya ini juga menjadi biro pencarian jodoh. Yang tadinya tidak saling kenal, karena sering bepergian bersama menjadi dekat, dan lalu menikah.

Bermacam komunitas cerdik seperti itu kini muncul di dunia maya. Selain @nebengers, ada pula komunitas Yoga Gembira. Komunitas ini beraksi setiap Minggu pagi di Taman Suropati, Menteng, Jakarta Pusat. Dengan unik, mereka memasyarakatkan yoga. Tak mempan diusir, tapi mengapa takut sama hujan?

Tidak ada komentar: