BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 02 Juli 2015

Ekonomi Akar Rumput Harus Terus Bergerak

Sandiaga S Uno - detikNews
Jakarta - Tahun 2015 ini, kesempatan kami untuk bersafari Ramadan ada di Yogyakarta dan Solo. Safari Ramadan menjadi kegiatan rutin yang saya dan kawan-kawan lakukan untuk melihat langsung perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah yang ada di akar rumput ataupun mempelajari langkah-langkah proaktif yang digagas secara mandiri oleh masyarakat.

Ada beberapa realita yang saya temui ketika berdialog dengan para pelaku UKM yang ada di Yogya. Kondisi ekonomi makro saat ini yang penuh tantangan (kurs dollar yang relatif tinggi, eksport  yang melemah, trend harga komoditas yang menurun, harga BBM yang relatif fluktuatif, dan lain sebagainya), sudah mulai memberi dampak negatif kepada pelaku UKM tersebut. Harga bahan baku semakin mahal, yang membuat biaya produksi menjadi tinggi. Sementara di lain sisi, daya beli masyarakat saat ini cenderung menurun.

Kompleksitas ini dirasakan oleh puluhan pengrajin batik yang ada di Desa Pelem Sewu, Bantul – Yogyakarta. Para pengrajin tersebut saat ini sangat sulit belanja bahan baku, sehingga produksi mereka sangat terbatas. BMT (Baitul Mal wat Tamwil) Insan Sadar Usaha yang menjadi mitra MRUF (Mien R Uno Foundation) di Desa Pelem Sewu mengambil inisiatif memberikan kerjasama simpan pinjam guna pembelian bahan baku.

Kondisi perlambatan ekonomi ini juga saya dapatkan saat berdiskusi dengan komunitas wirausaha yang ada di Yogya, seperti komunitas Tangan Di Atas, Himpunan Pengusaha Santri, maupun JCI (Junior Chamber Int’l) grup Yogya.

Terus terang ini adalah hal yang sangat memprihatinkan. Saya kembali teringat ketika Indonesia menghadapi krisis pada 1997, 2008, 2010. Saat itu meskipun kondisi makro ekonomi Indonesia tidak begitu baik, namun geliat ekonomi di akar rumput masih bergerak. Hal ini bisa kita refleksikan dari tingginya angka penjualan otomotif dan sektor properti.

Saya masih ingat dengan jelas, karena saat itu banyak teman-teman eksportir furniture yang tiba-tiba kebanjiran order dari Eropa dan Amerika untuk ekspor. Atau para petani kakao, kopi yang juga mengekspor komoditasnya ke luar negeri. Begitu pula dengan pengusaha batubara maupun barang tambang yang harganya masih cukup baik di pasar internasional. Mereka tiba-tiba mampu membeli kendaraan baru (bahkan mobil mewah) atau rumah baru.

Namun kondisi ekonomi saat ini saya melihat anomali yang luar biasa. Karena hampir semua sektor, mulai dari industri besar hingga UKM, sudah merasakan imbas makro ekonomi yang mengarah pada perlambatan ekonomi.

Situasi ini harus mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah harus ambil langkah cepat agar ekonomi diakar rumput harus terus bergerak dengan maksimal. Ingat, tulang punggung perekonomian kita ada pada ekonomi mikro, kecil, dan menengah.

Tahun 1997, 2008, 2010, perekonomian Indonesia masih dapat terselamatkan karena UKM yang masih terus bergerak. Karena memang UKMlah yang member sumbangsih paling besar di sektor riil perekonomian negeri ini. Jumlah mereka lebih dari 95% jika dibanding pelaku industri besar.

Pemerintah harus mengubah mindset dari ‘superman’ menjadi ‘gotong-royong/paguyuban’. Pemerintah harus melibatkan semua pemangku kepentingan untuk mengatasi perlambatan ekonomi ini. Pemerintah harus mengajak bicara para pelaku usaha, untuk mendapatkan input yang sama-sama saling menguntungkan untuk menggerakkan sektor riil. Program KUR yang disebar untuk masyarakat di pedesaan, ataupun kebijakan insentif lainnya.

Dapat dibayangkan, apa jadinya jika UKM yang selama ini digadang-gadang sebagai tulang punggung perekonomian Indonesia, ternyata juga harus ‘bertekuk lutut’ dan pada akhirnya ‘menyerah’ oleh krisis. Mau jadi apa ekonomi negeri ini?

*) Sandiaga S Uno adalah pengusaha dan pendiri Pendiri Asosiasi Kewirausahaan Sosial Indonesia (AKSI).  

Tidak ada komentar: