Oleh : DESK INFORMASI
Momentum mudik lebaran di Indonesia yang terjadi setiap menjelang
Hari Raya Idul Fitri, sejatinya tidak hanya sebuah peristiwa sosial
budaya dan religius, tetapi juga memberi manfaat ekonomi yang berimbas
pada bergeraknya sektor riil, seperti industri kue, oleh-oleh khas
daerah, bisnis kuliner lokal, persewaan mobil rumahan dan UMKM
lainnya.
Pakar ekonomi sekaligus Staf Khusus Presiden (SKP)
bidang Ekonomi dan Pembangunan, Prof. Firmanzah Ph.D mengemukakan, mudik
lebaran telah berkonstribusi dalam menciptakan redistribusi
pendapatan ke daerah-daerah, tumbuhnya investasi di daerah serta
mendukung terciptanya pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Mengutip
prediksi Kementerian Perhubungan, Firmanzah menyebutkan, total
pergerakan orang pada masa mudik Lebaran 2013 mencapai 30 juta orang.
Lebih dari separuhnya, atau 55% di antara mereka, melakukan pergerakan
dengan menumpang kendaraan pribadi dan 45% yang menggunakan angkutan
umum.
Secara prosentase kumulatif jumlah pemudik tahun 2013
dibandingkan tahun 2012, mengalami kenaikan berkisar 6,7 persen, dimana
pemudik diperkirakan mencapai 30 juta orang, baik yang berasal dari
kota-kota besar di Indonesia maupun para TKI di luar negeri.
“Ini
sekaligus menunjukkan semakin meningkatnya daya beli masyarakat, dengan
semakin meningkatnya migrasi penumpang mudik dari kenderaan umum ke
kendaraan pribadi,” terang Firmanzah dalam perbincangan di Jakarta,
Senin (5/8) pagi.
Ia memaparkan, ritual mudik lebaran tahun 2013
diperkirakan akan membawa dampak ekonomi yang besar bagi perekonomian di
daerah. Setidaknya potensi dana yang mengalir ke daerah tahun ini
diperkirakan mencapai Rp.90 triliun dari total pemudik yang mencapai 30
juta orang. “Dana Rp.90 triliun ini mengalir baik dari pembarayan
zakat, transportasi, konsumsi, belanja oleh-oleh, hingga kiriman untuk
perbaikan rumah dan furniture-nya,” jelasnya.
Firmanzah
menyebutkan, sesuai keterangan Bank Indonesia permintaan uang tunai pada
setiap momen lebaran meningkat rata-rata double digit setiap tahunnya.
Tahun ini, bank sentral mempersiapkan uang tunai mencapai Rp.103 triliun
atau meningkat 20 persen dari tahun lalu sebesar Rp.80 trilun.
Persediaan
Rp 103 triliun, lanjut Firmanzah, diharapkan dapat memenuhi tingginya
permintaan uang tunai pada momen lebaran. Dari Rp 103 triliun, Jakarta
diperkirakan menyerap sekitar Rp 31 triliun, sisanya Rp. 22 triliun
untuk Indonesia TImur dan Rp. 50 trilun untuk Indonesia Barat.
Meningkatnya
aktivitas mudik lebaran tahun 2013 ini, diyakini Firmanzah, merupakan
”buah” dari stabilnya pertumbuhan ekonomi, meningkatnya kelas
menengah di Indonesia dan mulai dirasakannya manfaat perbaikan
konektivitas nasional, yang meliputi perbaikan berbagai infrastruktur
dasar jalan raya, pelabuhan dan bandara.
Menurut Guru Besar
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia itu, aliran dana segar dan
tingginya permintaan pada momen mudik lebaran setidaknya dapat mendorong
penyebaran pendapatan sehingga ketimpangan dapat direduksi disamping
membantu percepatan pembangunan.
Bercermin dari fenomena mudik
lebaran tersebut, menurut Prof. Firmanzah, dari sisi ekonomi, setidaknya
terdapat berbagai peluang yang dapat dimanfaatkan dari ekonomi mudik
Lebaran, terutama dalam menciptakan nilai tambah ekonomi guna memberi
manfaat besar terhadap ekonomi nasional.
Peluang pertama, aktivitas mudik (termasuk arus balik) akan menciptakan perputaran uang yang begitu besar dan cepat (velocity of money).
Triliun rupiah akan berpindah tangan dari kota ke kota, dari kota ke
desa-desa dan perkampungan kecil. Tentu, secara agregat, nilai uang di
sini bukan hanya berbentuk cash, namun juga bisa berupa perkakas elektronik, pakaian, bahan makanan, minuman, dan berbagai barang kebutuhan lainnya.
“Tradisi
mudik akan menciptakan redistribusi ekonomi dari kota besar, khususnya
Jakarta ke daerah-daerah yang bisa menstimulasi aktivitas produktif
masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah, khususnya pada sektor UMKM
dan industri rumahan lainnya, dengan belanja yang dilakukan para pemudik
di daerahnya masing-masing. Dalam titik tertentu, kondisi ini bila
dimanfaatkan secara optimal dapat pula meningkatkan pertumbuhan
ekonomi kemandirian daerah,” papar Firmanzah.
Kedua,
tradisi mudik meningkatkan perbaikan infrastruktur dasar, mulai dari
pembangunan jalan darat, rel kereta api, jembatan, bandar udara, hingga
pelabuhan laut.
“Hal ini tentu positif untuk sektor infrastruktur
itu sendiri maupun sisi ketepatan penyerapan anggaran, peluang bisnis
di bidang infrastruktur semakin terbuka, pengusaha lokal akan
berkembang dengan pelibatan dalam berbagai pekerjaan infrastruktur,
disamping menyerap tambahan tenaga kerja juga akan terjadi transfer
pengetahuan praktis,” jelas Firmanzah.
Ketiga, aktivitas
mudik Lebaran juga menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan
ekonomi nasional, yakni melalui peningkatan konsumsi, sehingga nilai
konsumsi agregat yang dihasilkan pun akan sangat besar, mencapai ratusan
triliun rupiah, mudik Lebaran bisa dijadikan akselerator dalam tetap
menjaga pertumbuhan ekonomi sebagaimana yang ditargetkan dalam APBN-P
2013.
Keempat, tumbuhnya investasi di pedesaan,
investasi di desa dikawal agar dapat menggerakkan sektor riil ekonomi
desa seperti peternakan, pertanian, usaha kecil, home industi,
perdagangan baik melalui koperasi maupun oleh pelaku ekonomi desa secara
perorangan.
Menurut Firmanzah. berbagai peluang yang tumbuh dari
ekonomi lebaran dapat dimanfaatkan dan diarahkan guna menggerakkan
perekonomian di desa, Dana yang banyak diperoleh masyarakat desa dari
perantau, bisa diarahkan agar dapat menjadi suntikan modal bagi usaha
yang produktif.
Untuk memaksimalkan manfaat ekonomi lebaran,
tutur Firmanzah, sinergitas semua pihak perlu lebih ditingkatkan
sehingga kondusif dalam mendukung bergeraknya ekonomi masyarakat lokal,
utamanya dalam menjamin semakin meningkatnya kualitas layanan sarana
dan prasarana pendukung kegiatan ekonomi seperti pasar, pertokoan,
pujasera, jalan.
“Perlu terus ditingkatkan peran serta kalangan
swasta dalam mendukung penyelenggaraan berbagai even atau media promosi
daerah yang menyebar di berbagai pusat-pusat keramaian/tempat-tempat
wisata yang menjadi tujuan para pemudik,” pungkas pakar ekonomi ini. (ES)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar