Edward Febriyatri Kusuma - detikNews
Jakarta - Entah sampai kapan bobotoh Persib dan
Jakmania Persija akan terus berkelahi. Setiap pertandingan sepakbola
antara kedua klub itu, atau ketika kedua suporter berpapasan selalu saja
ada keributan. Sampai kapan rasa permusuhan dipelihara?
Menurut
Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Asrorun Niam, Senin
(10/11/2014) dari permusuhan yang terus terpelihara itu yang paling
terkena imbas adalah anak-anak. Di dalam diri mereka akan tertanam siapa
lawan mereka. Ini akan sangat berbahaya.
"Saatnya revolusi mental untuk mengembalikan khittah sportifitas dalam olahraga," jelas Niam.
Para
orangtua, para sesepuh, dan para pemegang kekuasaan harus bisa mencari
solusi. Tak bisa persoalan suporter yang selalu rusuh ini didiamkan
begitu saja. Apalagi Jakarta dan Bandung dari segi ekonomi kota saling
menunjang.
"Menggali nilai-nla kebersamaan, kerja sama,
persahabatan, dan kekompakan yang tersimpan dalam olahraga sepakbola
harus diaktualisasikan dalam pribadi, termasuk kepada para suporter,"
urai dia.
"Para suporter yang sudah senior harus mengkampanyekan
persahabatan dan sportifitas kepada anak-anak, rantai permusuhan harus
disudahi. Bukan fanatisme buta yang melahirkan destruksi dan anarki,"
tambahnya lagi.
Insiden antara suporter Persib dan Persija
terjadi di kawasan di Tol JORR. Bus pendukung Persib yang melintas dari
Palembang menuju ke Bandung rupanya sudah disambut pendukung Persija.
Hujan batu terjadi. Tapi ada juga versi lainnya, di mana pendukung
Persib melakukan provokasi.
Kemudian saat perayaan kemenangan Persib di Bandung, beberapa oknum merusak kendaraan berpelat B.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar