TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Puluhan
buruh yang tergabung dalam organisasi KASBI menggeruduk Balai Kota
Bandung, Jalan Wastukencana, Senin (3/11). Kedatangan buruh tersebut
untuk menuntut kenaikan Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) tahun 2015
menjadi Rp 3,3 juta dari sebelumnya Rp 2 juta.
Para buruh yang menggunakan seragam merah tersebut memerahkan area
pintu gerbang Balai Kota. Selain membawa spanduk yang meminta UMK Rp 3,3
juta, mereka pun mengibarkan bendera organisasinya di depan gerbang
Bala Kota.Koordinator KASBI, Kiki Nurcahya, mengatakan, tuntutan buruh mengenai UMK sebesar Rp 3,3 juta sudah harus dilakukan oleh Pemkot Bandung. Sebab, hal itu didasari dengan rencana kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM).
"Upah Rp 3,3 juta adalah harga mati, kita akan terus menuntut, karena upah yang diusung oleh Kota Bandung amat kecil. Apalagi asumsi sekarang ada kenaikan BBM dan TDL (Tarif Dasar Listrik), ketika BBM naik kebutuhan pokok pun akan naik," ujarnya pada wartawan, kemarin.
Menurut Kiki, angka UMK yang diminta para buruh ini sudah melalui survei ke pasar-pasar yang ditetapkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot). Hasilnya, KHL yang didapatkan oleh para buruh ini senilai Rp 2,74 juta.
Perwakilan buruh pun melakukan audiensi dengan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Seusai pertemuan, Wakil Wali Kota Bandung, Oded M Danial, mendatangi para buruh KASBI yang berunjuk rasa di depan gerbang Balai Kota.
Oded naik ke atas mobil bak terbuka dan berorasi. Menurut Oded, aspirasi dari para buruh telah diterima oleh Pemkot Bandung. Aspirasi mereka yang menuntut Upah Minimum Kabupaten/Kota tahun 2015 dinaikkan menjadi Rp 3,3 juta akan dibicarakan oleh Pemkot dan Disnakertrans Bandung.
Saat menerima perwakilan buruh, Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil, berjanji akan menyampaikan aspirasi para buruh yang minta UMK sebesar Rp 3,3 juta kepada Provinsi.
"Sejak saya menjabat Wali Kota komit ingin membantu buruh. Tapi tidak melulu menaikkan UMK, tapi bisa dengan mengurangi pengeluaran," ujar Emil.
Menurut Emil, ada dua cara untuk membantu para buruh, yakni menambah pendapatan atau mengurangi pengeluaran. Emil mengatakan pihaknya setuju saja dengan tuntutan UMK 2015 sebesar Rp 3,3 juta, tapi pihak pengusaha sanggup atau tidak.
Emil mengatakan, membantu para buruh mengurangi pengeluran di antaranya buruh yang tidak punya rumah, pemerintah sediakan rusun (rumah susun), sekolah dan kesehatan gratis serta bus sekolah gratis.
Di Cimahi, ratusan buruh yang tergabung dalam Aliansi SB/SP (serikat buruh/serikat pekerja) Kota Cimahi, menggelar unjuk rasa di depan pintu gerbang kantor Wali Kota Cimahi, Jalan Demang Harjakusumah, kemarin. Mereka yang berasal dari SPN, KSPSI, FSPMI, SBSI'92, dan GOBSI itu tetap menuntut kenaikan UMK tahun 2015 sebesar 30 persen dari UMK tahun 2014 yang hanya mencapai Rp 1.735.473.
Dalam aksinya, selain melakukan orasi-orasi, buruh juga nyaris mendobrak pintu gerbang kantor Wali Kota Cimahi, karena aksinya tidak mendapat reaksi dari pihak Pemkot Cimahi. Mereka mendorong dan menggoyang-goyangkan pintu pagar sesuai komando orator yang berada di atas mobil komando.
Akhirnya sepuluh perwakilan buruh pun diterima pihak Pemkot.
Dalam audiensi itu, Sekda Kota Cimahi Bambang Arie Nugroho dan Kadisnakertransos Kota Cimahi Benny Bachtiar menyatakan kesepakatannya atas semua keinginan buruh.
Pemkot Cimahi akan berupaya meningkatkan upah buruh sesuai dengan hasil survei dan prediksi kenaikan harga BBM. Bahkan Pemkot Cimahi pun setuju agar penetapan UMK Cimahi dilakukan tidak terburu-buru.
"Pada prinsipnya Pemkot akan mendukung buruh. Ibu wali juga bukannya tidak mau hadir. Tapi sejak kemarin Ibu Aali sudah melakukan pendekatan kepada Pak Gubernur, itu bentuk kepedulian ibu Wali terhadap buruh," kata Bambang. (cr1/tsm/ddh/sta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar