Laporan: Aldi Gultom
RMOL. Media televisi seharusnya menjadi guru yang baik dan
benar bagi masyarakat dalam upaya penyampaian informasi, termasuk dalam
upaya mendukung konservasi satwa liar di Indonesia.
Ironisnya, pada 8 November 2014 tayangan musik Inbox di SCTV
menggunakan Orangutan dan burung Kakatua sebagai hiburan di panggung
musik tersebut. Orangutan dibawa naik ke panggung hiburan tersebut dan
dijadikan bahan lelucon tanpa ada nilai edukasi apapun mengenai satwa
liar.
"Media seharusnya menjadi guru bagi pemirsa televisi dan
sudah seharusnya memberikan edukasi yang baik dan benar mengenai satwa
liar. Tayangan Inbox di SCTV sama sekali tidak lucu karena
Orangutan bukan mainan," kata juru kampanye Centre for Orangutan
Protection (COP), Hery Susanto, dalam rilisnya, Rabu (19/11).
Ketika
para aktivis perlindungan satwa liar berjibaku melawan perdagangan
satwa liar dan melakukan edukasi serta penyadaran ke masyarakat tentang
pentingnya satwa liar di alam, media malah seolah melakukan yang
kontraproduktif.
"Acara Inbox mencontohkan bagaimana jinaknya
burung Kakatua dan Orangutan. Sangat disayangkan ketika dengan bebas
satwa tersebut bisa digunakan dalam sebuah acara hiburan," kata juru
kampanye Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Benvika.
Tayangan yang menggunakan satwa liar seharusnya memuat nilai edukasi yang baik dan benar, bukan hanya menonjolkan sisi hiburan.
Hari
ini, Centre for Orangutan Protection (COP), Orangutan Information
Center (OIC), Jakarta Animal Aid Network (JAAN), Animals Indonesia dan
Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) mendatangi Komisi Penyiaran
Indonesia (KPI) Pusat untuk menyampaikan bahwa sudah seharusnya KPI
menegur SCTV perihal acara Inbox yang menggunakan Orangutan dan Kakatua.
"KPI harus melakukan pemantauan yang ketat untuk acara yang
menggunakan satwa liar yang tidak ada nilai edukasinya," kata
lembaga-lembaga itu dalam rilis yang diterima. [ald]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar