JAKARTA - Hingga kini,
masalah koordinasi antarlembaga pemerintah dinilai masih buruk.
Imbasnya, tak jarang proyek-proyek besar harus mandek. Tidak ingin itu
terjadi pada kementerian yang dibawah koordinasinya, Menteri Koordinator
Bidang Kemaritiman Rizal Ramli berniat membuat aturan baru.
Ekonom bertangan dingin itu mengatakan,
ia berencana membuat aturan rapat wajib bersama menteri-menteri yang
memimpin kementerian di bawah koordinasinya. Rapat akan diadakan
seminggu sekali. Menurutnya, hal itu akan sangat bermanfaat untuk
mengetahui efek plus minus dari suatu proyek yang dikerjakan bagi
kementerian lain.
"Dulu, saat saya jadi menko (Menko
Perekonomian) kalau ada kementerian mau melakukan kebijakan apa atau ada
yang ingin diubah, dia wajib setor rincian. Lalu, malam Jumat tim saya
lakukan analisa. Senin kita rapat untuk tentukan," tuturnya usai serah
terima jabatan menteri di Jakarta, Kamis (13/8).
Dia melanjutkan, dalam rapat tersebut
akan langsung ditentukan kebijakan apa yang akan diambil. Kemudian,
hasil akan langsung dipaparkan pada masyarakat melalui media. Sehingga,
masyarakat dapat memantau target apa yang akan dilakukan kementerian
tersebut dalam dua minggu ke depan.
"Misal menteri pertanian mau lakukan ini, kejar. Kasih waktu dua minggu, kejar terus agar tujuannya tercapai," ungkapnya.
Menurut dia, aturan ini juga akan
membantu komunikasi yang baik antarmenteri. Terlebih, tidak akan ada
pendepat yang "melencong" dari apa yang telah dirumuskan bersama.
"Jadi satu garis enggak ada menteri yang ngomong seenaknya, beda dengan garisnya," tegasnya.
Kalimat tersebut diindikasikan untuk
masalah dweling time yang tengah ramai diperbincangkan. Meski demikian,
Ramli masih enggan berkomentar. Ia mengatakan, seluruhnya akan
dirapatkan dulu bersama para tim internal di Kementeriannya. Termasuk
diantaranya, masalah percepatan pembangunan proyek pembangkit listrik 35
ribu Mega Watt (MW).
Menurutnya, pengerjaan proyek ini tidak
aakan mudah. Apalagi, ada tambahan warisan proyek 7 ribu MW dari
pemerintahan lama yang juga belum rampung. Oleh karena itu, ia berniat
untuk mengevaluasi ulang proyek tersebut.
"Tujuannya agar jangan sampai kasih target tinggi tapi nggak bisa tercapai," katanya.
Dia melanjutkan, dibawah koordinasinya,
penetapan harga jual beli listrik atau Power Purchase Agreement (PPA)
juga akan dikaji ulang. Menurutnya, selama ini penetapan kesepakatan PPA
berjalan lamban sehingga memicu keterlambatan proyek pembangkit listrik
baru.
"Nego PPA biasanya sangat lama, 2-3 tahun.. Kami kejar standar 3 bulan nego PPA," katanya.
Selain itu, Ramli juga menyinggung
terkait penggunaan lahan. Pihaknya akan merumuskan besaran alikasi
anggaran untuk pengadaan lahan.sebab, keberadaan lahan sangat penting
untuk percepatan pembangunan proyek tersebut. Rencananya, dia akan
mengkaji adanya pemberian insentif bagi warga yang lahannya akan
digunakan untuk proyek.
"Ini juga selalu ribet. Di India,
pemerintah beri insentif selain biaya lahan. Warga dikasih saham
kecil-kecilan selama 20-30 tahun. Kita nanti ganti untung dari 17%,
terus ditambahan dikit jadi 20% untuk biaya lahan dari total nilai
proyek," cetusnya.(mia/jawapos/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar