BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Rabu, 16 Mei 2012

Kisah Juru Kunci Gunung Salak Saat Diwawancara Wartawan Rusia

Moksa Hutasoit - detikNews

Jakarta Nama Haji Marsah menjadi sisi lain yang menarik terkait kecelakaan pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak. Sebagai seorang juru kunci, petuah dari Marsah diperlukan dalam melakukan evakuasi korban.

Nama Marsah pun terdengar juga oleh tim dari Rusia. Baik dari pihak wartawan maupun Kedubes Rusia. Mereka pun tertarik untuk mewawancara pria yang doyan ngelawak ini.

"Kemarin wartawan Rusia dan Kedubes datang ke rumah," ujar Marsah kepada detikcom di rumah pribadinya, Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, Rabu (16/5/2012).

Jelas saja, kendala terbesar dari wawancara ini adalah masalah bahasa. Marsah secara jujur mengakui jika tidak bisa berbahasa asing.

"Saya bingung, wah nanti harus ngomong apa," jawab Marsah bingung.

Beruntung dia memiliki seorang anak yang bisa mengerti bahasa Inggris. Sang anak pun secara dadakan menjadi penerjemah bagi Marsah.

Sebagai contoh, Marsah diajarkan menyebut 'welcome' saat menyambut orang. "Pas orang Rusia datang, saya bilang aja 'welcome di Gunung Salak," jawabnya.

Namun pernyataan Marsah itu buru-buru diperbaiki oleh sang anak. Begitu juga saat Marsah hendak menyuruh orang Rusia tersebut duduk, pernyataannya pun harus diajarkan si anak.

Saat proses wawancara, Marsah pun terpaksa harus memanggil anaknya yang lain yang kuliah di IPB. "Anak saya jadi juru bicara saya," jelas Marsah santai.

Pihak Rusia meminta izin kepada Marsah untuk bisa ikut bergabung dalam tim evakuasi. Mereka juga minta diceritakan soal kisah-kisah di balik gunung Salak.

Sebelumnya, pihak Rusia juga sempat meminta tolong agar bisa dicarikan warga yang mau menemani untuk masuk hutan. Bahkan Rusia bersedia membayar berapapun warga tersebut.

Marsah kemudian meminta sejumlah warga yang memang mengerti medan di gunung ini. Namun dia menolak untuk menerima uang.

"Ini kan memang tugas kami, sudah seharusnya membantu yang kena musibah. Tapi mereka maksa, akhirnya saya dikasih 400 dollar. Katanya mereka belum sempat menukar ke rupiah, saya jadi bingung mau diapain ini dollar, ya sudah saya simpan aja jadi kenang-kenangan," jelas Marsah yang tidak henti-hentinya terus menghisap rokok.

Tidak ada komentar: