BERBUAT BENAR ADALAH KEHARUSAN, BERBUAT TIDAK BENAR ADALAH KETIDAK HARUSAN

Kamis, 24 Mei 2012

Popularitas, Materi & Kekuasaan Tak Cukup untuk Jadi Anggota DPR

Mega Putra Ratya - detikNews

Jakarta, Sekretaris Fraksi Partai Demokrat (PD) Saan Mustopa menilai setiap caleg ataupun politisi dituntut untuk membangun jaringan dan berkomunikasi langsung dengan konstituennya. Sebabnya, hal itulah faktor yang menentukan tingkat keterpilihan saat pemilu legislatif.

"Popularitas, materi dan kekuasaan (power) tidak cukup untuk menjadi anggota DPR, tapi sangat ditentukan dengan bagaimana membangun jaringan melalui kerja-kerja politik," ujar Saan Mustopa kepada detikcom, Rabu (23/5/2012).

Dengan sistem proporsional terbuka, menurut Saan, fungsi representasi menjadi lebih kuat. Karena setiap caleg dituntut berinteraksi di dapilnya masing-masing.

Partai harus mengedepankan urusan rekrutmen, supaya kekhawatiran bahwa caleg selalu didominasi modal dan popularitas, bisa diminimalkan. Mantan anggota Pansus RUU Pemilu ini mengakui saat ini ada kekhawatiran caleg dengan popularitas tinggi dan pendanaan yang besar akan mendominasi.

"Kekhawatiran itu wajar karena ada kompetisi di tiap dapil. Dan hal ini harus dicermati bagaimana proses rekrutmen caleg punya dampak penguatan institusi DPR. Di sini partai harus mencermati hal ini," kata Wasekjen PD ini.

Saan memaparkan, hasil penelusuran profil caleg terpilih 2009. Dituturkannya, banyak caleg dari kalangan pengusaha, tapi suaranya juga tidak signifikan. Demikian juga dengan suara ketua umum partai yang minim. Ternyata artis yang populer luar biasa, juga tidak berbanding lurus dengan keterpilihannya.

"Artis yang terpilih pun tidak banyak dengan suara signifikan. Yang overrespresentasi hanya Tantowi Yahya (Partai Golkar). Artis yang sangat populer seperti Mandra pun ternyata tidak terpilih. Jadi kalau disebut mereka menjadi votegetter ternyata tidak tercerminkan juga," paparnya.

Pada bagian lain, Saan mengatakan, setiap partai akan menghitung soal pluralisme ketika merekrut kader yang akan ditempatkan menjadi caleg.

"Hal ini tidak mungkin diabaikan itu. Kekuatiran itu bisa dilihat saat proses rekrutmen. Partai Demokrat akan sangat memperhitungkan itu nanti," ucapnya.

Dia menjelaskan, pilihan sistem terbuka yang berlaku secara nasional untuk menghindari sektarian yang menguat.

"Partai lokal akan memunculkan primordialisme dan melahirkan ketegangan sebab identitas kembali menguat. Ini aspek yang jadi pertimbangan. Ada kekhawatiran terkait integrasi bangsa dan NKRI, maka diberlakukan secara nasional sekaligus juga untuk mengefektifkan pemerintahan," jelasnya.

Tidak ada komentar: