GAZA CITY-Gaza City Kamis pagi (22/11) tak ubahnya Gaza City sebelum Israel memulai gempuran pada Rabu pekan lalu (14/11), semua kembali ke normal. Jalanan macet, toko-toko buka lagi, serta antrean panjang terlihat di bank dan anjungan tunai mandiri (ATM).
Seperti dilaporkan BBC, sejumlah warga juga terlihat bersih-bersih. Perbaikan bangunan yang rusak karena hantaman misil Israel juga mulai dilakukan.
"Situasinya sangat bagus hari ini (kemarin). Kami kembali ke kehidupan normal," kata Hani Ramadeh, 40, seorang pedagang buah-buahan di Gaza City, kepada Reuters.
Normalnya kembali Gaza itu tak terlepas dari tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Hamas -kelompok yang menguasai Jalur Gaza sejak 2007-dan Israel.
Sebagaimana diumumkan dalam jumpa pers bersama Menteri Luar Negeri Mesir Mohamed Kamel Amr dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton pada Rabu tengah malam WIB (21/11), kesepakatan mengakhiri konflik yang telah menelan 160 korban jiwa di Gaza dan lima di Israel itu mulai dijalankan pada Kamis pukul pukul 01.00 WIB (22/11).
Mesir dan AS berperan besar atas tercapainya kesepakatan tersebut. Presiden Mohamed Morsi melobi Hamas, sedangkan Presiden AS Barack Obama menekan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Berdasar kesepakatan itu, Israel harus menghentikan semua serangan ke Gaza dari udara, laut, dan darat serta berhenti melakukan pembunuhan kepada sejumlah individu. Sebaliknya, Hamas dan semua faksi di Palestina juga harus menghentikan serangan roket ke wilayah Israel.
Dalam waktu 24 jam setelah gencatan dijalankan, harus dimulai negosiasi untuk mengakhiri blokade Israel atas Gaza sehingga lalu lintas orang dan barang ke Gaza tak terhambat. Kedua pihak juga harus menjamin kepada Mesir sebagai mediator kesepakatan itu untuk tak melanggarnya. Jika ada pelanggaran, Hamas dan Israel harus segera mengambil tindakan.
Dalam 90 menit pertama setelah kesepakatan itu dijalankan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim masih ada tiga tembakan roket dari Gaza ke wilayah mereka. Dua di antara tiga roket itu berhasil dirontokkan "Kubah Besi", sistem pertahanan antirudal mereka. Namun, The Independent mencatat total ada 18 roket yang ditembakkan kedua pihak dalam kurun waktu tersebut.
Di Tepi Barat, wilayah Palestina yang dikuasai Fatah, kelompok Palestina moderat yang didukung AS, Israel juga menangkap 55 orang yang dituding terlibat operasi teror. Dua warga Palestina bahkan terbunuh dalam aksi tembak-menembak yang mengiringi penangkapan masal itu.
Dengan kata lain, ganjalan memang masih ada di sana sini. Karena itu, kendati berusaha menahan diri, para petinggi Hamas dan Israel masih terkesan saling mengancam.
Kendati gencatan senjata itu masih seperti api dalam sekam, warga Gaza dan Israel toh tetap merayakannya. Suasana kegembiraan itu terutama terasa di Gaza. Jalanan yang semula sepi karena para penduduk memilih bersembunyi di perlindungan mendadak dipenuhi konvoi warga.
Tanpa memedulikan pesawat tanpa awak Israel yang masih berseliweran, sebagian di antara warga Gaza itu menembakkan senapan ke udara sebagai luapan kebahagiaan.
"Hari ini (kemarin) sungguh berbeda. Kopi pagi terasa berbeda dan saya merasa kami memulai sebuah tahap baru," kata Ashraf Diaa, 38, seorang insinyur di Gaza City, kepada Associated Press.
Kini tahap selanjutnya adalah implementasi pembukaan blokade Israel atas Gaza yang berlangsung sejak Hamas memenangi pemilu di wilayah seluas 40 kilometer x 10 kilometer tersebut pada 2007.
Tujuannya, berbagai bantuan internasional yang menumpuk di Rafah -perbatasan Gaza dengan Mesir- bisa segera didistribusikan.
Sumber-sumber di kalangan diplomat di Jerusalem menyebutkan, pencabutan blokade bakal dilakukan secara bertahap. Diawali penarikan sekitar 60 ribu pasukan Israel yang ditempatkan di sepanjang perbatasan dengan Gaza. Tahap berikutnya, pencabutan larangan lalu lintas orang dan perdagangan barang. (c4/ttg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar