PEKANBARU -
Bencana kabut asap di Riau kian menjadi-jadi. Selasa (6/10), kembali
menjadi hari yang paling terparah sejak daerah ini ditetapkan tanggap
darurat bencana.
Sejak dini hari, asap mulai turun jauh
lebih pekat. Beberapa warga di Pekanbaru yang hendak melaksanakan salat
subuh ke musala, terpaksa harus mengurungkan niat mereka.
"Paling parah. Jarak pandang cuma satu
meter. Pohon mangga depan rumah saja tidak kelihatan. Dahsyat. Dahsyat,"
kata Irvan (33), warga Rumbai, Pekanbaru.
Ia pun tak lupa mengirimkan foto yang
menggambarkan kondisi lingkungan rumahnya. Saat foto itu diterima, yang
terlihat hanya asap putih saja. Terlihat begitu jelas, karena
partikel-partikel asap jauh lebih pekat. Padahal biasanya tidak begitu.
Pohon mangga yang hanya berjarak tiga meter dari pintu rumah ayah dua anak ini, benar-benar tenggelam karena asap. "Asapnya mengerikan," kata Irvan.
Pohon mangga yang hanya berjarak tiga meter dari pintu rumah ayah dua anak ini, benar-benar tenggelam karena asap. "Asapnya mengerikan," kata Irvan.
Said Mufti, fotografer di Riau Pos (grup
JPNN.com), juga mengeluhkan hal yang sama. Dalam postingan facebooknya
pagi ini, ia mengeluhkan tentang kepekatan asap yang tak biasanya. "Asap
makin parah, mungkin empat kali lipat jauh lebih parah dari biasanya,"
keluhnya.
Salah satu putri Said yang masih
balita, beberapa hari lalu terpaksa dilarikan ke rumah sakit, karena
sesak napas yang diderita akibat asap. Kondisi bencana yang sudah dua
bulan dirasakan masyarakat Riau, memang membuat miris perasaan. Apalagi
penanganan pemerintah terbilang sangat lamban.
"Ingin menangis rasanya. Ini bukan asap, tapi dah azab. Luar biasanya parahnya,'' kata Said geram.
Kondisi kabut asap terparah juga
dirasakan masyarakat Siak. Bahkan karena kepekatan kabut asap,
masyarakat di kampung Rempak, yang tinggal di tepian sungai Siak,
seperti tinggal dikelilingi awan.
"Bahkan jembatan Siak Tengku Agung, yang
sebesar itu saja tidak bisa terlihat. Ini sudah benar-benar bencana
luar biasa,'' tegasnya.
Korban terpapar asap di Riau, hingga
saat ini sudah tembus 55 ribu orang. Bantuan yang diberikan pemerintah,
baru setahap pemberian pelayanan kesehatan gratis. Namun hanya untuk
rawat jalan. Sementara korban asap yang perlu rawat inap, harus merogoh
kantong mereka sendiri. (afz)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar