Pewarta: Zubi Mahrofi
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank
di Jakarta pada Senin pagi bergerak melemah sebesar 16 poin menjadi
Rp13.556 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.540 per dolar AS.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada di
Jakarta, Senin mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih terpengaruh
oleh data inflasi inti Amerika Serikat yang naik.
Kondisi itu mendorong dolar AS kembali bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang utama dunia, termasuk rupiah.
"Kondisi perekonomian domestik yang relatif masih positif sedikit
tertutupi oleh sentimen dari eksternal sehingga rupiah mengalami
tekanan," katanya.
Kondisi data ekonomi Amerika Serikat yang membaik, menurut dia,
membuat pelaku pasar uang berpotensi melepas aset rupiah dan kembali
beralih ke dolar AS, apalagi laju penguatan rupiah pada beberapa waktu
terakhir telah cukup signifikan sehingga lajunya mulai cenderung
berkurang.
Kendati demikian, lanjut dia, masih tingginya harapan pelaku pasar
terhadap realisasi kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia serta
pemerintah, ditambah harapan dari penguatan harga komoditas dunia dapat
menahan tekanan rupiah lebih dalam.
Sementara itu Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra
menambahkan bahwa perekonomian Tiongkok yang mulai berekspansi pada
kuartal ketiga diharapkan dapat berdampak ke perekonomian negara di
kawasan Asia.
Ia menyampaikan produk domestik bruto Tiongkok tumbuh sebesar 6,9
persen pada kuartal ketiga. Namun, itu masih berada di laju kuartalan
paling lambat sejak peridoe tiga bulan 2009, berdasarkan data yang
dikeluarkan sebelumnya.
Ariston Tjendra mengatakan bahwa nilai tukar rupiah berpotensi
mengalami penguatan kembali menyusul adanya harapan positif dari
paket-paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan.
"Melalui paket kebijakan itu diharapkan perekonomian Indonesia tumbuh lebih baik ke depannya," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar