Oleh :
Dedy Priatmojo, antv/tvOne
VIVA.co.id - Dua bulan
sejak diresmikannya pengairan Waduk Jatigede, kini air genangan waduk
sudah mencapai areal pemukiman warga di Dusun Cisema, Desa Pakualam,
Kecamatan Darmaraja, Sumedang, Jawa Barat, Selasa, 20 Oktober 2015.
Desa
Pakualam ini merupakan salah satu dari puluhan desa yang terdampak
Waduk Jatigede. Dalam kurun 7 bulan ke depan, waduk yang berada di
Kabupaten Sumedang itu akan menenggelamkan seluruh desa yang ada di
dalamnya.
Air genangan waduk kini hanya berjarak 100 meter dari
pemukiman warga yang masih bertahan tinggal di area waduk. Warga masih
beraktivitas seperti biasa, beberapa di antaranya masih melakukan
pembongkaran rumah, bahkan ada warga yang memancing ikan dari air waduk
yang hampir mencapai desa mereka.
Ada sejumlah alasan kenapa
masih ada warga yang bertahan, meski air sedikit lagi menenggelamkan
desa mereka. Salah satunya adalah dana kompensasi yang diterima tidak
cukup untuk membangun rumah baru. Seperti Purnawanti dan empat anggota
keluarga lainnya.
Purnawanti dan empat keluarga lainnya bingung
harus pindah ke mana. Mereka merasa pemerintah tidak memberikan
kejelasan tempat relokasi bagi korban Waduk Jatigede.
"Ya pasrah
aja nunggu bantuan pemerintah mau direlokasi ke mana. Kalau tidak ada ya
pindah gabung sama rumah orang tua, kan tidak mampu bangun rumah di
tempat baru, uangnya tidak cukup," ujar Purnawanti.
Pengisian
Waduk Jatigede diresmikan pada Senin 31 Agustus 2015. Proyek yang
tertunda hingga setengah abad ini diproyeksikan akan menjadi salah satu
penyedia sumber air saat kemarau melanda. Tak cuma itu, waduk kedua
terbesar di Indonesia ini juga akan digunakan sebagai sumber tenaga bagi
PLTA dengan kapasitas hingga 1.110 megawatt.
Difungsikannya
Waduk Jatigede sesungguhnya tak lepas dari janji kampanye Presiden Joko
Widodo saat Pemilu lalu. Kala itu, Jokowi sudah menyebutkan akan
membangun 49 waduk di Indonesia. Misinya untuk menjaga ketahanan pangan
dan ketersediaan air di Indonesia. Tentu juga berkaitan dengan
megaproyek pembangkit listrik di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar