Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance
Jakarta -Dalam beberapa hari terakhir, mata uang Garuda
terus menunjukkan taringnya. Pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat (AS) sempat menembus level tertingginya di angka
Rp 13.920. Apa penyebabnya?
Analis OSO Securities Supriyadi mengatakan, penguatan rupiah ini
didorong kuat oleh rencana bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)
yang diperkirakan tidak akan menaikkan tingkat suku bunganya di tahun
ini.
Hal tersebut, memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan dalam
negeri. Selain itu, paket kebijakan ekonomi pemerintah jilid III yang
akan diluncurkan besok memberikan optimisme kepada para investor baik
lokal maupun asing.
"Rupiah menguat selama tiga hari terakhir.
Ada beberapa sebab, salah satunya optimisme pasar soal paket kebijakan
pemerintah yang akan diluncurkan besok. BI juga melakukan kebijakan
ketat," katanya kepada detikFinance, Rabu (7/10/2015).
Supriyadi
mengungkapkan, data-data ekonomi AS yang telah dirilis banyak
menunjukkan kinerja negatif sehingga para analis memperkirakan jika The
Fed akan menunda untuk menaikkan tingkat suku bunganya hingga tahun
depan.
Kondisi demikian membuat mata uang negeri Paman Sam tersebut merosot
terhadap seluruh mata uang negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
"Data-data
ekonomi AS jelek, rata-rata negatif, jadi diperkirakan suku bunga
ditunda. Dolar AS melemah terhadap semua mata uang termasuk rupiah,"
kata Supriyadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar