JAKARTA - Sejumlah daerah yang dikepung kabut asap akibat pembakaran hutan dan lahan, kemarin diguyur hujan.
Kepala Sub-Bidang Informasi Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Harry Tirto Djatmiko
mengatakan, hujan permulaan ini sifatnya masih hujan ringan. Selain itu
lokasi hujannya juga masih berupa spot-spot alias belum luas. Hujan
berangsur rutin dan lebat November nanti.
"Semoga menjadi pertanda baik untuk mengurangi asapnya," kata dia di Jakarta kemarin.
Harry menuturkan hujan dengan intensitas
rendah kemarin terjadi di sebagian kecil provinsi Riau dan Sumatera
selatan. Hujan ringan juga sudah mulai di Provinsi Kalimanyan Barat,
Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
Merujuk pada peta curah hujan bulal dari
BMKG, curah hujan Oktober di daerah-daerah kabut asap masih rendah.
Kondisi ini terlihat dari warna peta coklat, coklat gelap, dan hitam.
Selain di wilayah kabut asap, bulan ini curah hujan sangat rendah juga
terjadi hampir di seluruh pulau Jawa, khususnya Jawa Timur.
Namun pada November nanti, Harry
mengatakan peta curah hujan bulanan sudah mengalami perubahan drastis.
Daerah-daerah kabut asap, yang di Oktober ini curah hujannya rendah,
bakal diguyur hujan sedang hingga lebat. Wikayah seperti Jambi, Riau,
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.
Menurut Harry peta curah hujan bulanan
sifatnya adalah perkiraan untuk masa satu bulan penuh. Perkiraan hujan
lebih detail, diturunkan lagi oleh BMKG melalui perkiraan cuaca harian.
Perkiraan cuaca harian ini juga
dipecah-pecah lagi berdasarkan wilayah yang lebih sempit. "Contohnya
hujan hari ini (kemarin, red) terjadi di Bangkinang (ibukota kabupaten
Kampar, Riau)," jelas dia.
Selain di Bangkinang, BMKG juga
melaporkan perkiraan cuaca harian hujan ringan di provinsi Riau juga
menguyur wilayah Pekanbaru dan Pasir Pengaraian. Kemudian di Provinsi
Sumatera Selatan, hujan mengguyur wilayah Musirawas. Sementara itu di
Kalimantan Barat hujan ringan juga turun di Sambas, Mempawah, Ketapang,
dan Sintang.
Sementara itu Profesor riset ekologi
hutan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Tukirin Partomihardjo
berharap kepungan asap di sejumlah provinsi di Sumatera dan Kalimantan
segera berakhir. "Setelah itu kita semua, khususnya yang berkepentingan
dengan hutab jangan mengulangi kesalahan yang sama," kata dia.
Menurut Tukirin, kabut asap yang dipicu
kebakaran hutan ini murni dipicu ulah manusia. Yakni ulah membakar hutan
untuk membuka lahan. "Awalnya yang dibakar memang sidikit, tapi
merembet meluas," ujar peneliti letusan gunung Krakatau itu.
Api cepat meluas karena hutan yang
terbakar tinggal memiliki kayu-kayu serta semak belukar yang banyak.
Bagi dia masyarakat perlu terus diedukasi. Sedangkan bagi yang terbukti
bersalah harus dihukum sesuai peraturan untuk efek jera. (wan/sam/jpnn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar