Jpnn
JAKARTA - Kemarin nilai
tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) mencatat penguatan
harian terbesar sepanjang enam tahun terakhir.
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI)
Mirza Adityaswara mengatakan, penguatan tajam rupiah dalam tiga hari
terakhir tak lepas dari dorongan kombinasi faktor eksternal dan
internal. ''Itu memicu pembalikan modal dari AS ke emerging markets,
termasuk Indonesia,'' ujarnya di Kantor Presiden kemarin (7/9).
Sebagai gambaran, dalam dua hari terakhir
saja, ada USD 82 juta dana tambahan yang dialokasikan manajer investasi
asing ke pasar modal Indonesia. Menurut Mirza, faktor eksternal terkait
melemahnya recovery perekonoian AS yang lantas meredam isu kenaikan suku
bunga Bank Sentral AS atau The Fed, memicu penguatan mata uang global
terhadap USD.
''Investor atau spekulan yang tadinya memegang dolar sudah mulai melakukan cut loss (jual rugi),'' katanya.
Sementara itu, dari internal, Mirza
menyebut rilis paket kebijakan ekonomi oleh pemerintah mendapat respons
positif pasar. Reformasi struktural itu, diyakini dalam jangka menengah
panjang akan menurunkan inflasi dan meningkatkan suplai valas di dalam
negeri. ''Makanya orang mulai jual dolar yang sebelumnya ditumpuk untuk
spekulasi,'' ucapnya.
Data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered
Rate (Jisdor) yang dirilis BI menunjukkan, kemarin rupiah ditutup di
level 14.065 per USD, menguat signifikan hingga 317 poin dibanding
penutupan hari sebelumnya yang di posisi 14.382 per USD. Level 14.065
per USD tersebut merupakan yang terkuat sejak 31 Agustus 2015 lalu.
Sementara itu di pasar spot, rupiah sudah
menguat lebih tajam. Data Bloomberg menunjukkan, kemarin rupiah langsung
dibuka menguat di level 14.179 per USD dari penutupan sebelumnya di
14.241 per USD.
Setelah itu, rupiah tak sekalipun melemah,
hingga mencatat level terkuat di 13.711 per USD, sebelum akhirnya
ditutup pada sore kemarin di level 13.821 per USD, atau menguat 2,95
persen.
Penguatan tersebut menempatkan rupiah di
posisi kedua mata uang di kawasan Asia Pasifik yang berhasil menaklukkan
USD. Kemarin, USD memang babak belur akibat larinya dana investor dari
Negeri Paman Sam.
Malaysia mencatat penguatan harian 3,51
persen atau yang terbesar sepanjang 17 tahun terakhir. Dari 13 mata uang
utama di Asia Pasifik, hanya dolar Australia dan dolar New Zealand yang
gagal membukukan penguatan terhadap USD.
Mirza mengatakan, aliran modal yang
kembali ke Indonesia membuat situasi pasar keuangan dan pasar modal kian
kondusif. Tak hanya rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang
menguat, namun juga di pasar Surat Utang Negara (SUN). Dia menyebut,
yield atau imbal hasil SUN yang sebelumnya sempat mendekati level 10
persen, kemarin sudah turun tajam ke kisaran 8,7 persen.
''Ini sangat bermanfaat karena berarti
biaya utang pemerintah turun,'' jelasnya. Namun, penguatan rupiah ini
juga harus dibayar mahal. Sejak tekanan bertubi-tubi dalam satu bulan
terakhir, BI terus berjibaku meredam anjloknya rupiah dengan melakukan
operasi moneter di pasar uang. Akibatnya, cadangan devisa pun langsung
terkuras.
Direktur Departemen Komunikasi Bank
Indonesia (BI) Tirta Segara mengungkapkan bahwa BI mencatat posisi
cadangan devisa Indonesia akhir September 2015 senilai USD 101,7 miliar.
Posisi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan posisi cadangan devisa
akhir Agustus 2015 senilai USD 105,3 miliar.
"Perkembangan tersebut disebabkan oleh
penggunaan cadangan devisa dalam rangka pembayaran utang luar negeri
Pemerintah dan dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah," ujarnya di
Jakarta, Rabu (7/10).
Tirta menuturkan penurunan tersebut
sejalan dengan komitmen Bank Sentral yang telah dan akan terus berada di
pasar untuk melakukan upaya stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai
dengan fundamentalnya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi
dan sistem keuangan.
Dengan perkembangan tersebut, lanjutnya,
posisi cadangan devisa per akhir September 2015 masih cukup membiayai
7,0 bulan impor atau 6,8 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri
pemerintah. "Cadangan devisa saat ini berada di atas standar kecukupan
internasional sekitar 3 bulan impor," tambahnya.
Otoritas moneter menilai cadangan devisa
tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga
kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan. (owi/dee/wir/dim/gen)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar