Jpnn
JAKARTA - Menkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan, paket kebijakan ekonomi jilid 3 ditargetkan untuk jangka pendek, menengah dan panjang.
Untuk dalam waktu dekat, pemerintah fokus untuk meningkatkan daya beli masyarakat, salah satu melalui transfer daerah.
"Yang paling mudah dengan cash transfer.
Kita gunakan instrument dana desa, supaya cepat dampaknya, dimana kita
pakai model cash forward. Kita akan lihat dana ini sangat terserap pada
pemilu serentak nanti," papar Bambang di Hotel Shangri-La, kemarin
(5/10).
Selain itu, lanjut Bambang, dalam jangka
pendek, pemerintah juga akan menjaga kelangsungan usaha dan mencegah
terjadinya PHK. Upaya tersebut akan dilakukan melalui dua sektor. Yang
pertama dari sektor energy, dimana pemerintah berniat menurunkan harga
gas bagi industri.
"Di paket kebijakan 3, harga listrik
untuk industri sudah turun jadi kita coba turunkan (harga) gas. Kita
akan gunakan perhitungan penerimaan negara dan tidak akan menganggu
pendanaan dari PGN (Perusahaan Gas Negara). Yang jelas untuk BBM, kita
fokus ke harga gas diturunkan agar tidak mem-PHK karyawan karena
kerugian," katanya.
Sementara dari sektor UKM, Mantan
Wamenkeu itu menuturkan, pihaknya telah menugaskan Lembaga Pembiayaan
Ekspor Indonesia (LPEI) untuk memberikan bantuan kredit modal kerja bagi
perusahaan-perusahaan eksportir dalam lingkup UKM dengan bunga rendah.
Menurut Bambang, plafon kredit bagi UKM tersebut ditetapkan pada kisaran Rp 40-50 miliar per badan usaha.
"Ini kredit modal kerja yang kita
berikan, supaya mereka tidak melakukan PHK. Jadi kredit ekspansi atau
jenis kredit lainnya. Dan ini sudah ditindaklanjuti, karena ushda ada
beberapa perusahaan yang masuk list pemberian biaya," katanya.
Atas rencana penurunan harga gas,
Presiden Direktur Pertamina Gas (Pertagas) Hendra Jaya menyebut harga
gas untuk industri sebesar USD 8 - USD 11 per MMBTU sudah pas. Itulah
kenapa, kalau Kamar Dagang dan Industri (Kadin) meminta penurunan sampai
USD 4,5 per MMBTU disebutnya sulit.
"Beratlah. Di hulu sendiri, dari
lapangan baru Tiung Biru saja USD 8 per MMBTU harganya," kata Hendra di
gedung Kemenko Bidang Perekonomian. Kemarin, dia juga sudah menyampaikan
hal itu kepada Menko Darmin Nasution. Selain itu, perbandingan bisnis
gas internasional dengan Indonesia juga dipaparkan.
Meski demikian, pihaknya menyerahkan
keputusan akhir kepada pemerintah. Setiap keputusan ada konsekuensinya,
misalkan harga gas jadi diturunkan. "Berarti government take atau
penerimaan untuk negara juga turun. Prinsipnya, bisnis kami buat orang
banyak. Kalau ambil untung range-nya tetap memadai," jelasnya.
Pertagas tampaknya tidak akan terganggu
kalau harga gas benar-benar diturunkan. Sebab, margin niaga yang umumnya
mencapai 35-55 persen tidak berlaku di perusahaannya. "Pertagas di
bawah itu. Kalau kurang, nggak akan pengaruhi keuntungan. Berpengaruh ke
kinerja sedikit," katanya. (Owi/ken/dim/dee)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar